JAKARTA (Suara Karya): Sepuluh guru Indonesia mengikuti pelatihan seputar sains, teknologi, enginering dan matematika (STEM) di United Stated Space & Rocket Center (USSRC) di Alabama, Amerika Serikat. Diharapkan mereka bisa menjadi penggerak dalam pembelajaran STEM di sekolah.
“Hingga saat ini, pembelajaran seputar STEM masih menjadi momok di kalangan siswa. Kondisi tak boleh dibiarkan, jika Indonesia tak ingin kekurangan tenaga ahli bidang teknologi dan enginering,” kata Presdir PT Honeywell Indonesia, Roy Kosasih terkait program “Guru HESA” di Jakarta, Jumat (29/6).
Roy menjelaskan, program Guru HESA (Honeywell Educators at Space Academy) telah digagas sejak 2013 lalu. Setiap tahun ada sebanyak 10 guru dari berbagai daerah di Indonesia diundang untuk mengikuti pelatihan pembelajaran STEM, selama sepekan di USSRC, Alabama, Amerika Serikat.
“Informasi seputar program Guru HESA bisa dilihat di website. Pendaftaran juga dilakukan secara online. Guru yang memenuhi syarat akan dipanggil untuk tes dan wawancara. Semua dilakukan dalam bahasa Inggris,” tuturnya.
Ditambahkan, program pelatihan ini dilakukan karena disadari makin banyak anak Indonesia yang tak menyukai mata pelajaran STEM. Padahal STEM sangat dibutuhkan untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
“Perkembangan industri di dunia begitu cepatnya. Jika anak bangsa tidak belajar STEM, maka kita akan tertinggal. Tenaga kerja kita akan gigit jari, karena semua tenaga ahli harus didatangkan dari luar,” ujarnya.
Dipilih guru dalam program HESA, lanjut Roy, karena perubahan pola pikir bisa dimulai lewat pendidikan. Guru menjadi motor perubaham dalam pembelajaran STEM di sekolah. “Kami ingin pendidikan di Indonesia maju dalam STEM. Semua itu bisa dimulai dari gurunya,” katanya.
Abdul Rahman, guru di Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Gorontalo itu mengaku beruntung, karena terpilih sebagai salah satu peserta Guru HESA. Ia kini jadi lebih paham atas bidang yang disukainya, yaitu bumi dan geografi.
“Sehari-hari saya mengajar geografi di sekolah. Pelatihan sepekan di Amerika sungguh membuka wawasan saya seputar geografi dan bumi. Pengetahuan ini akan saya tularkan ke siswa,” ucap Abdul Rahman, alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut.
Hal senada dikemukakan Nur Fitriana, guru SD Negeri Deresan Sleman. Ia mengaku terkesan dengan pelatihan dalam program HESA. “Simulasi roket sederhana ternyata bisa menjadi bahan ajar bidang matematika. Selama ini anak didik saya terkesan pusing dengan matematika, tapi lewat simulasi ini pasti akan berubah,” katanya.
Delapan guru lain dalam program HESA selama 21-25 Juni 2018 adalah Warsono (SMP Negeri 5 Cilacap), Mohammad Ridwan (Sekolah Darma Yudha), Mega Lamita (SD Sekolah Tunas Daud), Darum Budiarto (SMKN 1 Seram Bagian Timur, Maluku), Jessica (SD Rhema En Cara, Bogor), Rosdiana Akmal Nasution (Sekolah Bogor Raya), Faqih Al Adyan (Bunda Mulia School) dan Widia Ayu Juhara (SMP Taruna Bakti Bandung).
(Tri Wahyuni)