JAKARTA (Suara Karya): Hari kedua pelaksanaan International Open, Distance, And e-Learning Symposium (ISODEL) 2021 berlangsung tak kalah seru. Hadir sejumlah pakar mengupas seputar konten hingga etika digital. Materi itu penting diketahui agar para konten kreator memahami etika digital agar tak terbentur kasus hukum.
Konselor pendidikan dari Kedutaan Besar Australia, Han Xiao Zang dalam pemaparannya secara daring, Kamis (2/11/21) mengangkat 3 hal seputar pendidikan antara Indonesia dan Australia. “Hubungan Indonesia dan Australia itu begitu kuat. Karena ada ribuan pelajar Indonesia melanjutkan pendidikan tinggi di Australia,” ujarnya.
Sementara bagi pelajar Australia, Indonesia menjadi pilihan terutama bagi mereka yang menerima beasiswa kerja sama kawasan Asia Pasifik. “Kami juga bekerja sama dalam bidang penelitian dan industri,” ucap Zang.
Ditambahkan, Menteri Pendidikan Australia menyiapkan 10 strategi untuk pendidikan internasional. Strategi itu diharapkan akan meningkatkan hubungan bilateral dengan Indonesia. Satu diantaranya, diversifikasi pendidikan.
Lewat diversifikasi, menurut Zang, masyarakat dapat melanjutkan pendidikan di Australia tanpa harus tinggal di Australia. Dicontohkan, Monash University yang berkampus di Jakarta.
“Kebijakan itu merupakan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di kawasan Asia,” ucap Zang menegaskan.
Selain itu, lanjut Zang, kemajuan teknologi digital juga mempengaruhi kedua negara. Pelajar dan mahasiswa Indonesia dapat ikut merasakan pendidikan berkelas internasional dengan adanya teknologi lewat pembelajaran daring.
Pemaparan hari kedua bertema “Pembangunan Karakter: Literasi Digital, Kompetensi di Abad 21” atau “Character Building: Digital Literacy, 21st Century Skills (Critical Thinking And Problem Solving, Collaboration, Communication, Creativity And Innovation), Life Skills Learning To Be, Learning Together.”
Narasumber selanjutnya adalah edX head of South East Asia, Amit Goyal dan Project Officer- ITU Regional Office Asia and Pacific, Cheng Yu.
Amit Goyal memaparkan platform media pembelajaran digital yang dikembangkan MIT dan Havard University. Konten pembelajaran yang ada, dapat digunakan bagi negara-negara di kawasan Asia. EdX memiliki banyak konten sejarah, kebudayaan, dan lain-lain.
Sedangkan Cheng Yu menyoroti keamanan anak dalam mengakses teknologi digital. Cheng Yu menyebut banyak ancaman bagi anak saat mengakses konten digital. Tak dapat dipungkiri dunia telah bertumbuh bersama dengan keberadaan internet.
“Namun, di sisi lain asa risiko yang harus diwaspadai bagi anak selama mengakses internet,” ujar Cheng Yu.
Risiko itu, disebutkan, konten berisi tindakan kekerasan, seksualitas hingga ancaman pencurian data pribadi. Karenanya, ITU sebagai lembaga yang berfokus dalam keamanan digital antarnegara telah mengeluarkan panduan keamanan daring anak (Guidelines Online Child Protection) pada 2020.
“Panduan itu diharapkan dapat meningkatkan kesadaran keamanan siber sejak usia dini. Peran orangtua dibutuhkan untuk membimbing sekaligus mengawasi, agar anak tidak menjadi korban para ‘predator’ di dunia digital,” kata Cheng Yu.
Ia berharap, Indonesia memiliki panduan keamanan siber, seiring dengan makin banyaknya kasus keamanan siber di Tanah Air. Hal itu penting guna melindungi anak dan perempuan daripara ‘predator’ dunia digital.
Pleno kedua hadir dua pembicara yaitu Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) Ahli Utama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Purwanto dan CEO organisasi masyarakat I Love Dyslexia, Angelikki Pappa.
Purwanto meminta pendidik untuk mulai mengubah metode pembelajaran di satuan pendidikan. Pandemi Covid-19, menurutnya telah menunjukkan sebuah pembelajaran yang perlu dirancang agar dapat menarik minat peserta didik lebih besar lagi.
“Pemanfaatan konten digital yang begitu beragam dapat menjadi pilihan bagi pendidik,” ujarnya.
Para pendidik, lanjut Purwanto, harus pintar memanfaatkan teknologi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Salah satunya, merekam proses pembelajaran yang kemudian dibagikan melalui berbagai kanal yang ada sehingga pengalaman tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
Sementara Angelikki Pappa memaparkan pengalaman dalam mendidik anak berkebutuhan khusus disleksia. Ia memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus dalam menghadapi persaingan di abad ke-21.
“Mendidik nak disleksia butuh pendekatan yang berbeda. Teknologi menjadi alat yang dapat meningkatnya pembelajaran di masa pandemi covid-19,” ujarnya.
Ia mencontohkan bagaimana teknologi dan permainan dapat membuat anak disleksia lebih cepat memahami pelajaran. Gambar dan permainan yang menarik dinilai lebih cepat memacu imajinasi bagi anak penderita disleksia.
Sebagai bagian dari anggota Indonesian Distance Learning Network (IDLN), Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) ikut berbagi pada gelaran ISODEL 2021. Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Zudan Arif Fakrulloh, yang hadir sebagai narasumber mengatakan, etika menjadi hal penting yang perlu ditanamkan dalam pembelajaran daring.
Ia menekankan kepada pendidik agar menanamkan nilai-nilai etika selayaknya para pemelajar. “Tantangan kita, meski virtual anak harus meletakkan etika dalam pendidikan atau memiliki sopan santun. Tanpa ada etika, PJJ tidak akan berjalan baik, kata kuncinya adalah disiplin dalam belajar,” ucap Zudan.
Director of Digital innovation University Design Institute Arizona State University, Dale Johnson menyampaikan, saat ini perlu ada kapasitas dalam mengawal perubahan digital. Latar belakang peserta didik bisa disiasati agar dapat menyajikan pembelajaran yang menarik.
Peserta kemudian bisa memilih 8 kelas paralel dalam pelaksanaan ISODEL 2021. Kelas paralel memanfaatkan aplikasi Zoom untuk memilih kelas yang diminati layaknya kelas paralel.
Pada sesi pleno sore, pembicaraannya adalah Aldriano Medise dari Epson Indonesia dan Beni Bandanadjaya selaku Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemdikbudristek.
Aldriano memaparkan persiapan Epson dalam menghadapi perkembangan teknologi. Semantara Beni menyajikan ketersesuaian (link and match) yang dipersiapkan pada pendidikan tinggi vokasi (PTV). Sehingga lulusan pendidikan vokasi klop dengan keterampilan yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) saat ini.
Di ruang pleno 2, tampil sebagai pembicara adalah Paryono dari SEAMEO VOCTECH dan Denise Whitelock dari Open University, Inggris. Denise menyajikan Digital Assessment and Automatic Feedback systems: Reflections during a Pandemic.
Gamication adalah metode asesmen otomatis yang dapat dipilih untuk mengetahui pemahaman peserta didik dibanding media lain seperti kuis dan esai.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Jhonny G Plate, yang hadir dalam acara ini mengatakan, pandemi covid-19 meningkatkan pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan. Ia mencontohkan, sistem manajemen pembelajaran (Learning Management System/LMS) yang meningkat, baik secara regional maupun internasional.
“Peningkatan itu menunjukkan terjadinya akselerasi yang signifikan dalam masa pandemi covid-19. Kominfo sebagai penanggung jawab penyedia infrastruktur internet di Indonesia berkomitmen menjamin layanan internet terpenuhi bagi masyarakat selama pandemi,” tuturnya.
Jhonny menyebut, hingga kuarter kedua tahun ini, Kemkominfo fokus pada penyediaan akses di sekolah terutama di desa-desa.
Narasumber sesi akhir adalah Libing Wang, selaku Chief of Section for Educational Innovations and Skills Development (EISD), Bangkok, Thailand. (Tri Wahyuni)