Indonesia Kembali Raih Penghargaan Literasi dari UNESCO

0

JAKARTA (Suara Karya): Indonesia meraih penghargaan literasi tingkat dunia yang diselenggarakan The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Penghargaan itu, diberikan kepada organisasi BASAbali, atas nama pemerintah Indonesia karena dinilai berhasil dalam melestarikan bahasa daerah.

“BASAbali Wiki merupakan aplikasi digital kamus bahasa Bali yang kami kembangkan sejak 2011 dan kini telah diakses lebih dari 500 ribu orang,” kata Direktur BASAbali, Gde Nala Antara usai menerima penghargaan di kantor pusat UNESCO, Paris seperti dalam siaran pers yang diterima Suara Karya, Selasa (10/9/2019).

Penghargaan yang disebut “The UNESCO Confucius Prize for Literacy” itu diserahkan secara langsung oleh Asisten Direktur Jenderal UNESCO untuk bidang Pendidikan, Stefania Giannini.

Turut mendampingi dalam acara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Harris Iskandar dan Dubes Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Surya Rosa Putra.

Selain Indonesia, ada 2 negara lain yang mendapat penghargaan serupa, yaitu Colombia dan Italia.

Stefania dalam pidatonya mengatakan, UNESCO pada tahun ini merayakan Hari Aksara Internasional dengan tema “Literacy and Multilingualism”. Tema itu dipilih karena literasi memiliki keterkaitan dengan bahasa. Data UNESCO Institute for Statistik 2019 menunjukkan, ada 750 juta orang dewasa memiliki keterbatasan dalam memahami literasi dasar.

“Saat ini ada 7.000 bahasa digunakan di lebih dari 200 negara. Dari jumlah itu, ada 2.680 bahasa yang nyaris punah,” ucapnya.

Gde Nala Antara menjelaskan, program BASAbali merupakan upaya pelestarian bahasa daerah melalui digitalisasi bahasa. Program dikembangkan lewat integrasi pengembangan bahasa Bali melalui kamus wiki, ensiklopedia dan perpustakaan virtual.

“Sejak diluncurkan pada 2011 lalu, BASAbali Wiki telah dipakai lebih dari 500 ribu orang,” ucap pria yang juga Wakil Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana itu menandaskan.

Untuk menjamin kualitas dan akurasi bahasa, lanjut Nala, BASAbali memiliki tim pakar yang memeriksa tiap kosakata yang diunggah dalam laman mereka https://dictionary.basabali.org. Mereka juga menyajikan kosakata bahasa daerah Bali yang disalin ke dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Surya Rosa Putra mengaku bangga Indonesia bisa meraih penghargaan tersebut. Itu artinya prestasi Indonesia mendapat pengakuan dunia. Bahkan, Indonesia menjadi acuan bagi penyelenggaraan program literasi.

“Penghargaan semacam ini sebenarnya bukan yang pertama bagi Indonesia. Pada 2012, Indonesia mendapat penghargaan sejenis, yakni UNESCO King Sejong Literacy Prize. Data UNESCO 2019 menunjukkan, Indonesia memiliki 707 bahasa daerah. Jumlah itu terbanyak dari 29 negara yang menjadi target pengembangan literasi oleh UNESCO,” ujarnya.

Harris Iskandar, yang juga Komite Pengarah Aliansi Literasi Dunia (Global Alliance for Literacy) UNESCO menegaskan, kunci keberhasilan BASABali adalah melestarikan bahasa melalui penggunaan teknologi serta pemberdayaan masyarakat. Itu merupakan hasil kolaborasi antara akademisi, pemerintah daerah, seniman, dan berbagai komunitas.

“Bahasa daerah memiliki repertoar atau perbendaharaan kata yang amat beragam. Upaya semacam ini dapat memperkaya bahasa Indonesia,” katanya.

Pemerintah, lanjut Harris, terus berupaya memfasilitasi pengadopsian kosakata baru bahasa Indonesia dari bahasa daerah. “Lestarikan bahasa daerah, sambil terus mengembangkan bahasa Indonesia dan kuasai bahasa asing,” ucapnya.

Ditambahkan, kemampuan yang mumpuni dalam bahasa menjadi pintu masuk untuk mempelajari berbagai keterampilan agar sumber daya manusia (SDM) unggul. Hal itu akan mengantar Indonesia menjadi salah satu kriteria sebagai negara maju. (Tri Wahyuni)