Indonesia Tuan Rumah Pertemuan Global Health Security Agenda ke-5

0

JAKARTA (Suara Karya): Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat menteri 65 negara anggota Global Health Security Agenda (GHSA). Perhelatan digelar di Bali pada 6-7 November 2018.

“Keamanan atas kesehatan global menjadi penting, karena hal itu tak hanya berdampak pada bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi, stabilitas negara, pariwisata hingga stabilitas demografi,” kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemkes), Anung Sugihantono di Jakarta, Jumat (2/11).

Anung dalam kesempatan itu didampingi Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Kemkes, Acep Somantri.

Anung menjelaskan, GHSA terbentuk pada 2014 setelah merebaknya sejumlah wabah di kawasan Asia mulai dari SARS, avian influenza, flu burung, Mers-Cov dan wabah Ebola di kawasan Afrika. Kerugian ekonomi akibat Ebola diperkirakan mencapai 30 miliar dollar akibat penurunan perdagangan dan pariwisata.

“Kondisi kerugian semacam ini juga terjadi ketika wabah flu burung merebak di Indonesia pada 2004 lalu. Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai Rp5 triliun,” ujarnya.

Menurut Anung, masalah kesehatan global tak bisa dihindari lantaran makin meningkatnya mobilitas manusia dan hewan. Kondisi itu memberi kontribusi atas penyebaran wabah penyakit hingga lintas negara.

Faktor penyebab lainnya, disebutkan, antara perubahan iklim dan peningkatan resistensi anti mikroba telah mendorong munculnya new-emerging diseases dan re-emerginf diseases. Hal itu berpotensi pandemik dengan karakteristik risiko kematian yang tinggi dan penyebaran virus atau bakteri dengan cepat.

“Terjadinya wabah Ebola di Afrika pada 2014 lalu menyadarkan dunia tentang perlunya memperkuat sistem kesehatan di masing-masing negara. Awalnya ada 29 negara berkomitmen membentuk GHSA. Kini anggotanya berkembang menjadi 65 negara. Inisiatif itu didukung badan dunia seperti WHO, FAO, OIE, Bank Dunia, organisasi non pemerintah dan sektor swasta,” tuturnya.

Ditambahkan, strategi kerja sama dalam GHSA difokuskan pada upaya penguatan kapasitas nasional setiap negara dalam melakukan pencegahan, deteksi dan penanggulangan penyebaran penyakit.

“Secara teknis ada 11 paket aksi yang jadi prioritas. Diantaranya, penanggulangan anti microbial resistance (AMR), penyakit bersumber hewan (zoonotik), biosafety dan biosecurity, imunisasi dan penguatan sistem laboratorium nasional,” katanya.

Anung mengatakan, pada akhir pertemuan akan diluncurkan GHSA 2024 Framework dan pengesahan Deklarasi Bali. Indonesia juga mengambil insiatif menggelar pertemuan informal menteri kesehatan ASEAN yang membahas pentingnya upaya bersama menghadapi ancaman keamanan kesehatan global di kawasan ASEAN.

“Indonesia akan memprakarsai pembentukan platform kerja sama keamanan kesehatan regional ASEAN,” kata Anung menandaskan. (Tri Wahyuni)