JAKARTA (Suara Karya): Pertanian Cerdas Iklim/Climate Smart Agriculture [CSA] mengubah petani awam menjadi faham inovasi teknologi tanggap iklim CSA yang diusung Kementerian Pertanian RI bersama Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project [SIMURP] pada 24 kabupaten di 10 provinsi.
Inovasi CSA mengubah Netty P Doloksaribu, petani wanita yang awam di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera, kini faham dan piawai melakukan adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim global, yang memicu kekeringan pada air tanah maupun irigasi akibat kemarau panjang.
Netty P Doloksaribu, Ketua Poktan Mbuah Page bersama anggota kelompok taninya di Desa Petapahan, Kecamatan Lubuk Pakam bersiap menyambut panen raya pada Maret dan April, dari budidaya Musim Tanam I [MT] 2024.
Panas terik hingga 38 derajat Celcius di tengah kemarau panjang mampu diantisipasi Netty P Doloksaribu bersama Poktan Mbuah Page sehingga menjadi success story dan lesson learned setelah mengikuti pelatihan CSA SIMURP pada 2020, yang diterapkannya pada lahan pribadi seluas satu hektar.
Kinerja petani CSA Deli Serdang sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa telah menetapkan arah kebijakan pembangunan dengan mengoptimalkan sumber daya alam [SDA] maupun SDM serta memanfaatkan teknologi mutakhir, mekanisasi dan korporasi hulu ke hilir.
“Fokusnya memperkuat produksi komoditas strategis seperti pada dan jagung sesuai instruksi Presiden RI Joko Widodo. Tekan impor. Capai swasembada pangan. Kita pernah meraihnya maka harus kembali dicapai,” katanya.
Upaya tersebut, kata Mentan Amran, salah satunya, dengan mematok target produksi beras pada 2024 mencapai 35 juta ton, ketimbang produksi 2023 sebanyak 31 juta ton.
Hal tersebut didukung oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi bahwa keberhasilan kebijakan Kementan memerlukan sinergi antara seluruh insan pertanian.
“Untuk itu diperlukan langkah awal dalam upaya peningkatan wawasan dan pemahaan serta penyamaan persepsi dalam upaya mencapai swasembada padi dan jagung,” katanya.
Program SIMURP
Direktur National Project Implementation Unit [NPIU] SIMURP Bustanul Arifin Caya mengatakan Program SIMURP fokus pada upaya antisipasi dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian.
Kegiatan CSA bertujuan meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budidaya pertanian tahan perubahan iklim, antisipasi risiko gagal panen, mengurangi emisi Gas Rumah Kaca [GRK] dan meningkatkan pendapatan petani di khususnya di Daerah Irigasi [DI] Program SIMURP.
Project Manager SIMURP Sri Mulyani menjelaskan Program CSA SIMURP merupakan modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi mendesak.
“Pengelolaannya pada lintas empat kementerian dan lembaga yaitu Bappenas, Kementan, Kementerian PUPR, dan Kemendagri,” katanya.
Tim SIMURP Kementan, Putri Setia melaporkan Program SIMURP bertujuan meningkatkan Intensitas Pertanaman [IP] padi dan Tanaman Berharga Tinggi [High Value Crop/HVC] dan meningkatkan pendapatan petani.
SIMURP juga bertujuan mengurangi, bahkan meniadakan emisi Gas Rumah Kaca atau penyebab pemanasan global. Pelaksanaannya, keterlibatan wanita pada Program SIMURP juga berupaya meningkatkan kapasitas Kelompok Wanita Tani [KWT].
Netty P Doloksaribu merupakan kisah sukses petani CSA, yang mengaku awam pada pertanian modern, namun karena Bimbingan Teknis [Bimtek] yang diadakan SIMURP, membuat dirinya faham seluk-beluk pertanian CSA SIMURP.
“Ilmu yang saya dapat seperti pengetahuan tentang struktur biologis tanah yang dapat diukur dengan Perangkat Uji Tanah Sawah atau PUTS. Juga belajar atasi kelangkaan pupuk bersubsidi dengan pupuk organik dari kotoran hewan ternak yang difermentasi,” katanya.
Netty P Doloksaribu juga belajar membuat pupuk organik padat dan cair, plant growth promoting rhizobakteria [PGPR] dan pestisida nabati. Diikuti replikasi melalui sosialisasi dan praktik pada seluruh anggota Poktan Mbuah Page dengan bahan-bahan organik sehingga bisa menekan biaya produksi.
Hasilnya? “Panen meningkat hingga 1,5 ton gabah kering panen per hektar, yang melampui hasil produksi dengan metode konvensional,” katanya.
Bersama suami, Netty juga membuat peralatan teknologi sederhana seperti handspayer, pencacah bahan pupuk padat, pembersih rumput padi dan lainnya yang sangat bermanfaat dan memudahkan dalam budidaya padi. (Boy)