Suara Karya

Inovasi Vokasi Dorong Indonesia jadi Kapital Fesyen Muslim Dunia

JAKARTA (Suara Karya): Bangkitnya perekonomian setelah pandemi yang berkepanjangan menjadi harapan bagi sektor industri di Indonesia untuk kembali bersaing, baik di level nasional maupun internasional.

Salah satu sektor industri yang berpeluang besar menjadi pemain kunci di pasar global adalah industri fesyen muslim.

Laporan State of Global Islamic Economy Report 2021/2022 menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk fesyen muslim, setelah Uni Emirat Arab dan Turki.

Industri fesyen muslim dalam negeri pada 2021 bertumbuh sebesar 18,2 persen dengan total angka mencapai Rp300 triliun. Tak hanya itu, ekspor fesyen muslim juga meningkat secara signifikan sebesar 12,5 persen.

Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin bahkan menyatakan, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjadi kapital fesyen muslim dunia.

Untuk itu, diperlukan kolaborasi serta komitmen dari para pemangku kepentingan agar terwujud ekosistem fesyen muslim yang menunjang. Salah satunya adalah pendidikan vokasi.

Pendidikan vokasi memiliki peran untuk proses pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan industri, yaitu kolaborasi berbasis rasa saling percaya (trust) dan saling menguntungkan (mutual benefit).

Guna mendukung sektor industri fesyen di Tanah Air, pendidikan vokasi memiliki potensi mencetak talenta unggul di bidang fesyen melalui 1.130 SMK dengan kompetensi keahlian tata busana dan 15 perguruan tinggi vokasi dengan program studi yang berkaitan dengan tata busana, mode dan fesyen.

“Pendidikan vokasi harus responsif terhadap tren yang berkembang di industri.
Peluang di industri fesyen muslim sudah ditangkap pendidikan vokasi melalui inovasi adibusana hasil rancangan insan vokasi,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek), Kiki Yuliati.

Kiki menambahkan, sejumlah inovasi vokasi adibusana telah diperagakan pada ajang
berkelas internasional, seperti Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 dan Indonesia International Modest Fashion Festival ISEF 2022.

Karya tersebut merupakan hasil rancangan peserta didik SMK dan hasil riset dari perguruan tinggi vokasi.

Upaya tersebut merupakan bagian dari program Merdeka Belajar yang digagas Kemdikbudristek guna mendorong keterlibatan industri dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan vokasi. Salah satunya Program SMK Pusat Keunggulan.

Pada gelaran JMFW 2023, ada 10 satuan pendidikan vokasi yang karyanya diperagakan pada parade khusus bertajuk ‘Mahakarya Vokasi Adibusana’.

Dari 6 SMK yang koleksinya ditampilkan, 4 di antaranya merupakan sekolah pengampu Program Pusat Keunggulan. “Kami optimistis, inovasi mahakarya vokasi adibusana mampu memberi nilai tambah bagi perkembangan fesyen muslim atau modest fashion di Indonesia, terutama pada tren ‘sustainable fashion’,” ucap Kiki.

Hal itu ditunjukkan tim periset asal Politeknik Negeri Media (Polimedia) Kreatif Jakarta yang memanfaatkan limbah masker drimedia untuk menjawab masalah lingkungan tentang limbah masker ‘disposable’.

Ketua Tim Periset Polimedia Kreatif, Rani Watye menjelaskan, limbah masker dihancurkan dengan proses ekstrusi dan dicetak dengan proses hotpress agar dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan atau motif pakaian.

Hasil riset Drimedia berupa busana ‘ready to wear’ dengan judul koleksi Affinity. Produk tersebut telah diperagakan pada gelaran JMFW 2023 belum lama ini.

“Kami menggandeng mitra industri, yaitu Badui’s Project yang ikut memproduksi busana dan promosi. Ini adalah produk
sustainable fashion. Material kain masih bisa dikembangkan, sehingga tidak perlu
tekstil lainnya,” ucap Rina.

Koleksi Affinity yang tersedia adalah bomber jacket, blouse, dress, pencil skirt dan kulot dengan nuansa warna navy, light blue, black dan grey.

Rani beserta tim merupakan penerima Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri-Dosen PT Vokasi dengan skema pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola Ditjen Pendidikan Vokasi, Kemdikbudristek.

Selain Polimedia, tim riset dari Universitas Kristen Maranatha juga berkesempatan unjuk gigi pada gelaran JMFW 2023. Bahkan, tim tersebut masuk dalam daftar inovasi vokasi yang ditampilkan pada parade Mahakarya Vokasi Adibusana.

Kajian riset yang digawangi Yosepin Sri Ningsih itu fokus pada upaya peningkatan nilai guna produk unggulan suatu wilayah dalam konteks fesyen dengan studi kasus wilayah Lasem.

“Hingga saat ini Lasem menjadi wilayah yang masih mempertahankan kerajinan batik
tulis, di saat daerah lain sudah banyak bercampur dengan batik cap,” tutur Yosepin.

Wastra batik tulis Lasem kemudian dikembangkan melalui kegiatan riset terapan dengan memberi nilai guna, dari yang tadinya berupa lembaran kain untuk sarung dan kain panjang kemudian diolah menjadi ragam produk mode.

Pada risetnya, Yosepin dan tim melibatkan berbagai mitra, yaitu UD Pusaka Beruang, Yayasan Lasem Heritage, dan Asia Pacific Rayon. Berbagai hasil pengembangan dalam bentuk 4 koleksi fesyen yang menerapkan tren bagi target market yang berbeda-beda.

Pembuatan koleksi menggunakan pendekatan sustainable fashion sehingga tahapan dalam produksi hingga sosialisasi mempertimbangkan aspek berkelanjutan.

“Masing-masing inspirasi kemudian dikemas dalam tren berbeda untuk segmen yang berbeda pula. Koleksi yang ditampilkan di JMFW 2023 adalah batik tiga negeri yang memasukkan kain batik dengan
denim,” katanya.

Berkat jejaring yang dimiliki para mitra, hasil riset itu berkembang dan mendapat pesanan pada berbagai acara, seperti souvenir official G20 untuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan souvenir bagi pertemuan Kementerian Lingkungan Hidup tingkat dunia di Mesir.

Prospek lainnya adalah permintaan sharing dari kampus luar negeri melalui program visiting scholar dan pameran dari Silpakorn
University Thailand, serta program joint research dari Keimyung University, Korea Selatan. ***

Related posts