Jaga Semangat Sumpah Pemuda, Greenpeace Gelar Youth Festival

0

JAKARTA (Suara Karya): Peringatan Hari Sumpah Pemuda dirayakan Greenpeace Indonesia lewat gelaran Youth Festival di Jakarta yang berlangsung selama 28-29 Oktober 2022.

Acara yang diisi dengan kegiatan workshop, diskusi publik, pameran foto, booth artificial intelligent, dan pertunjukan musik itu diharapkan dapat menjaga semangat Sumpah Pemuda dan membangun ‘ulang’ Indonesia.

“Edukasi politik lingkungan penting diberikan kepada generasi muda kita lewat ruang beri diskusi bersama. Karena merekalah yang nanti akan menjadi pemimpin di masa depan,” kata Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas disela kegiatan, Jumat (28/10/22).

Dalam kesempatan itu, Arie didampingi Kepala Departemen Lingkungan Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) 2022, Kevin Wisnumurthi.

Dipilihnya tema ‘Membangun Ulang Indonesia’, lanjut Arie, karena Greenpeace Indonesia ingin mengajak kaum muda untuk memahami Indonesia saat ini berada dalam cengkeraman oligarki yang menguasai seluruh
aspek kehidupan masyarakat.

“Kami ingin kaum muda kita mengambil peran untuk Indonesia di masa depan yang lebih baik, berkeadilan dan berkelanjutan,” katanya menegaskan.

Menurut Arie, oligarki itu terlihat dalam wujud tampuk kekuasaan pemerintahan, yang mengeluarkan sejumlah produk hukum kontroversial seperti UU KPK, UU Minerba dan UU Cipta Kerja.

“Undang-undang tersebut mendapat penolakan dari berbagai kelompok masyarakat, karena ada sejumlah pasal yang dianggap tidak pro terhadap kesejahteraan rakyat dan lingkungan,” tuturnya.

Dalam UU Cipta Kerja, Arie mencontohkan, salah satu ancaman utama bagi lingkungan hidup terletak pada perubahan proses perizinan untuk sektor perkebunan. Izin lingkungan diganti dengan kata ‘persetujuan lingkungan’ yang lebih lemah.

“Melemahnya standar perlindungan lingkungan ini mengancam eksistensi komunitas masyarakat adat, warga lokal sekitar perkebunan. Hal itu akan membawa Indonesia ke dampak buruk krisis iklim yang lebih luas,” ucapnya.

Menurut investigasi Greenpeace yang tertuang dalam film dokumenter Konsorsium 110 besutan Watchdoc terungkap sebanyak 114 aktor sentral di sektor sumber daya alam terafiliasi dengan 178 perusahaan tambang dan sawit.

Kondisi hutan Indonesia mengenaskan itu terjadi karena terjadinya deforestasi untuk keperluan industri sawit, yang telah menghabiskan 17 juta hektar hutan Indonesia.

“Deforestasi akan memperburuk krisis iklim. Mereka juga meminggirkan ribuan komunitas adat di seluruh Nusantara,” katanya.

Di sektor energi, Indonesia mendapat julukan “the dirty man of Asia” karena ketergantungan terhadap batu bara, yang secara aktif didorong oleh ‘politically exposed persons’.

Alih-alih mengurangi jumlah produksi batu bara menjadi 413 juta ton pada 2017 sebagaimana direncanakan, produksi batu bara malah naik menjadi 477 juta ton. Hal ini semakin memperparah lingkungan.

Arie berharap lewat festival ini, anak muda di Indonesia dapat membalikkan keadaan. Salah satunya dengan melakukan aksi dan solusi nyata untuk membangun ulang mimpi Indonesia sebagai negara yang mencintai alam.

“Serta mewujudkan masa depan Indonesia keluar dari ancaman krisis iklim,” kata Arie menandaskan. (Tri Wahyuni)