
JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) memfasilitasi perhelatan Kenduri Sko di Kampung Tanjung Tanah, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.
Kenduri tersebut merupakan ritual yang harus dilaksanakan sebelum pembacaan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah. Ritual berupa pembersihan pusaka, yang digelar di Kampung Tanjung Tanah, pada 12-14 Mei 2022.
“Kenduri Sko terakhir dilakukan pada 2015 lalu. Ritual serupa seharusnya digelar pada 2020 lalu, namun terkendala pandemi. Upaya ini dilakukan bagian dari pemajuan Budaya Melayu Nusantara,” kata Direktur Perfilman, Musik dan Media, Ditjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Ahmad Mahendra di Jambi, Sabtu (14/5/22).
Pucuk Depati Talam, Tanjung Tanah, Said Hanafi menjelaskan, naskah Tanjung Tanah merupakan Kitab Undang-Undang yang diterapkan di wilayah tersebut pada abad 1400M.
Naskah menyebut nama Dharmasraya sebanyak 2 kali dan daerah itu ada di hulu Sungai Batanghari. Di masa lalu, Sungai Batanghari merupakan jalur perbatasan dan menjadi pusat lintasan budaya.
Kegiatan diawali dengan kenduri Swarnabhumi, perhelatan budaya di sepanjang Sungai Batanghari dari mulai Kabupaten Dharmasraya hingga Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagai muara dari Sungai Batanghari.
Penyelenggaraan Kenduri Sko dilakukan dengan prosesi adat meminta izin kepada leluhur dan penyembelihan kerbau. Lalu, daging kerbau tersebut disiapkan menjadi makanan untuk kenduri dan ritual penurunan dan penyucian pusaka.
Kegiatan dilakukan secara gotong royong oleh warga setempat. Pada hari terakhir berlangsung adat Mangarak Sko, pengukuhan pemangku adat dan ditutup dengan pagelaran seni budaya lokal.
Ahmad Mahendra yang membuka acara tersebut mendapat gelar adat Depati Talam Rajo Batuah oleh Pucuk Depati Talam Tanjung Tanah. Pemberian gelar adat itu, menjadi kebanggaan karena membuktikan jika tradisi budaya Melayu Nusantara dari masa lalu masih terjaga meski zaman terus berkembang.
“Gelar adat ini suatu kehormatan. Budaya Melayu Nusantara tidak hilang, namun sebaliknya menjadi kebanggaan yang dilestarikan. Waktunya terus membesar hingga ke kancah dunia,” ucap Mahendra.
Ditambahkan, segala tradisi masyarakat yang bertujuan melindungi dan melestarikan orisinalitas kebudayaan nasional harus dijaga. Dan Kenduri Sko merupakan salah satu dari gerakan pemajuan kebudayaan Melayu di Indonesia yang dilakukan sejak lama.
“Kenduri Sko adalah upaya membangkitkan kembali budaya Melayu Nusantara. Kita harus bangga dengan kekayaan budaya bangsa sendiri. Mari kita semarakkan Kenduri Sko yang mengawali rangkaian Kenduri Swarnabhumi,” ujar Mahendra.
Dalam rutinitas pelaksanaan Kenduri Sko, terdapat cermin cara berperilaku masyarakat Indonesia yang menjadi jatidiri sampai sekarang, yaitu gotong royong.
“Roh kebudayaan gotong royong ini jangan sampai memudar, seiring perubahan zaman. Kita butuh beberapa usaha untuk melestarikan perilaku gotong royong agar tetap bisa bertahan, salah satunya melalui Kenduri Sko,” pungkas Mahendra. (Tri Wahyuni)