Suara Karya

Kapal Bantuan KKP Ubah Kehidupan dan Perekonomian Nelayan Pekalongan

Tak terbayangkan dibenak Surpat bisa mengelola kapal penangkapan ikan sendiri. Padahal, selama 30 tahun nelayan asal Pekalongan, Jawa Tengah ini menggantungkan hidupnya dengan menjadi anak buah kapal (ABK) ikan milik asing.

Surpat yang memang keturunan keluarga nelayan ini, seakan tidak ada pilihan lain untuk mencari nafkah selain menjadikan laut sebagai sumbernya.

Sayangnya, Surpat hanya menjadi ABK yang memperoleh penghasilan tidak menentu. Dia menceritakan, bisa ada di tengah lautan lepas hingga 3-4 bulan. Tetapi hasilnya tidak seauai dengan apa yang dikerjakan.

Selama berbulan-bulan meninggalkan keluarga, Surpat hanya diberi upah Rp 3 juta. Bahkan upah itu jauh lebih rendah dari buruh pabrik. Padahal kerja menjadi ABK kapal ikan membutuhkan tenaga yang ekstra kuat.

Seiring berjalannya waktu, sekitar enam tahun lalu Surpat membuat kapal kecil dari kayu. Biaya pembuatan-pun sebesar Rp20 juta didapatkannya dari hasil meminjam.

Bersama dengan anak lelakinya, Surpat kemudia mengarungi laut untuk berburu ikan sebanyak-banyaknya.

Melaut dengan kapal sendiri ternyata juga tidak mudah. Selain memikirkan untuk makan keluarga, Surpat juga harus menyisihkan hasil tangkapannya untuk membayarkan cicilan utang.

Memang ironis, sebelum utang lunas, kapal milik Surpat mengalami kerusakan di beberapa bagian kapal dan mesin. Hasilnya mereka harus memutar otak agar bisa tetap melaut dan utang bisa terbayarkan.

Ternyata, nasib baik berpihak pada keluarga Surpat. Melalui Koperasi Usaha Bersama (KUB) Jaya Mandiri di wilayahnya, Surpat dan sang anak menerima kapal bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di tahun 2016.

Anak Surpat yang bernama Wakijo itu mendapatkan kapal berkapasitas 10 GT sedangkan Surpat sendiri mendapat kapal lebih kecil yakni 5 GT.

Bagai hujan di padang pasir, harapan baru keluarga Surpat-pun muncul untuk memperbaiki perekonomian keluarga mereka.

Kini, bersama dengan dua rekannya, Surpat mengoperasikan kapal bantuan itu. Hasilnya sangat signifikan, dia dan temannya dapat hidup lebih baik dibandingkan harus menjadi ABK kapal ikan asing.

“Dalam semalam melaut, kami bisa menhasilkan Rp1 juta per orang kalau sedang musim ikan. Dan kalau musim paceklik Rp100 ribu,” katanya di Pekalongan, Sabtu (3/11/2018).

Keberuntungan lainnya juga dikatakan Wakijo. Selama hidupnya dia hanya bisa bergantung pada ayahnya. Tetapi bantuan kapal yang diterimanya dari KKP, dapat mengubah segalanya bahkan seakan menyulap kehidupan keluarga Wakijo.

“Saya sekarang sudah memiliki istri, dan bercita-cita memiliki rumah sederhana dari bekerja sebagai nelayan,” katanya.

Wakijo mengatakan, terkadang penghasilan yang didapatkannya jauh lebih besar dibandingkan sang ayah. Tetapi pada saat paceklik, mereka juga merasakan kesulitan yang sama.

Menurut Wakijo, ribuan nelayan Pekalongan butuh bantuan kapal dari KKP agar mereka juga bisa memperbaiki perekonomian keluarganya. Dengan demikian, dia berharap program bantuan seperti ini bisa terus digulirkan hingga seluruh nelayan di Indonesia benar-benar sejahtera. (Pramuji)

Related posts