JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengajak insan pendidik membangun solidaritas dalam keberagaman. Karena keberagaman di Indonesia adalah anugerah, bukan kendala.
“Bagaimana keberagaman yang ada di Indonesia dapat mewujudkan proses pembelajaran yang berkarakter. Jadikan keberagaman sebagai anugerah, bukan kendala,” kata Nadiem dalam Peringatan Natal 2019 di Gedung Kemdikbud, Senayan, Jakarta, akhir pekan lalu.
Perayaan Natal merupakan agenda rutin yang diselenggarakan Kemdikbud setiap tahun, sebagai bagian dari perayaan atas keberagaman agama di Indonesia. Hadir dalam kesempatan itu, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, Pendeta Willem TP Simarmata dan istri Mendikbud Franka Franklin Makarim.
Nadiem menambahkan, perbedaan suku, budaya dan agama, seharusnya bisa menjadi solusi untuk berbagai masalah. Karena hal itu selaras dengan tema Natal 2019 “Hidup sebagai Sahabat bagi Semua Orang”.
“Keberagaman suku, agama dan budaya di Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang tak ternilai. Tidak mungkin mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter tanpa keberagaman,” tuturnya.
Nadiem berpendapat, keberagaman juga bisa menjadi modal untuk mewujudkan karakter serta cita-cita anak bangsa. Lewat keberagaman akan terbangun kekuatan dari anak bangsa dalam mewujudkan kehidupan yang bersatu, gotong royong, berdaulat, adil dan makmur.
“Sebuah bangsa yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur, sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,” ujarnya.
Nadiem pun mengajak seluruh jajaran di Kemdikbud untuk ikut membangun solidaritas dan sinergitas, tanpa membedakan latar belakang suku, ras, dan agama. Karena hal semacam itu dapat merusak persatuan dan kesatuan Indonesia.
“Marilah kita menghindari hal-hal yang dapat merusak dan persatuan dan kesatuan bangsa, karena keberagaman itu merupakan anugerah yang terindah,” kata Nadiem menandaskan. (Tri Wahyuni)