Suara Karya

Kemdikbud akan Adopsi Program Pintar yang Dikembangkan TF

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan mengadopsi program “Pintar” yang dikembangkan Tanoto Foundation (TF) dalam beberapa tahun terakhir ini. Program itu berupa pelatihan untuk guru, kepala sekolah, komite sekolah dan pengawas.

“Targetnya adalah peningkatan kualitas pembelajaran, manajemen berbasis sekolah dan budaya baca,” kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen), Hamid Muhammad dalam acara berbagi pengalaman Program Pintar di Jakarta, Selasa (28/5).

Hamid menambahkan, pemerintah sangat terbuka atas program yang dikembangkan swasta dalam membantu pendidikan di Indonesia. Apalagi jika program tersebut fokus pada pemerataan mutu pembelajaran.

“Lewat Pintar, kami ingin ada peningkatan kompetensi pada siswa, pengembangan karakter, literasi unggul, dan penguasaan kompetensi abad 21, seperti kemampuan bekerja sama, berpikir kritis, komunikatif dan kreatif,” ujarnya.

Perbaikan ditekankan pada guru, lanjut Hamid, karena mutu siswa ditentukan model pembelajaran yang berkualitas. Maju atau tidaknya siswa juga tergantung pada kepala sekolah. “Program Pintar ini memastikan guru dan kepala sekolah menjalankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran di kelas,” ujarnya.

Hamid menambahkan, pihaknya akan melakukan inseminasi program ke seluruh sekolah di Indonesia. Sehingga terjadi pemerataan kualitas pendidikan di seluruh Indonesia. “Kemdikbud, Tanoto Foundation dan pemerintah daerah akan bersinergi untuk keberhasilan program ini,” katanya menegaskan.

Pengalaman pembelajaran dituturkan Kepala Sekolah SD Negeri 122375 Pematang Siantar, Murniati Nasution. Menurutnya, pelatihan yang dilakukan Tanoto Foundation berbeda dari model yang pernah ada. Karena baru kali ini ada pelatihan yang memiliki tindaklanjutnya.

“Saya sering ikut pelatihan, namun baru kali ini ada tindaklanjutnya. Bersama pendamping, saya juga langsung diajak praktik. Hal itu membuat saya dan guru lain terinspirasi dan berkomitmen untuk menerapkan hasil pelatihan,” ujarnya.

Selain itu orangtua diajak untuk terlibat aktif dalam mendukung peningkatan mutu sekolah. Untuk memastikan guru berkomitmen menerapkan pembelajaran aktif di kelas, Murniati rutin melakukan pendampingan pembelajaran melalui kegiatan supervisi.

Setelah perubahan terjadi di semua kelas, lalu kepala sekolah mulai mengundang orangtua untuk melihat pembelajaran di kelas. Karya siswa dipajang dan orangtua diundang untuk melihatnya. “Ternyata orangtua sangat terkesan dengan hasil belajar anak-anaknya,” ucap Murniati.

Keberhasilan Muniarti dalam melakukan perubahan di sekolahnya membuatnya dirinya meraih penghargaan dari Pemerintah Kota Pematang Siantar sebagai Kepala Sekolah Terbaik 2019.

Hal senada dikemukakan guru matematika SMPN 4 Sungai Apit Siak, Riau, Mardiyati. Ia berbagi pengalaman terkait kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill/ HOTS).

“Saya dilatih untuk membuat lembar kerja (LK) yang berisi penugasan atau pertanyaan produktif, terbuka dan imajinatif. Melalui LK, siswa juga kami dorong untuk membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif dan alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran,” katanya.

Ditambahkan, LK diterapkan dalam pembelajaran aktif dengan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). Siswa diminta membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi dan kerja sama. Hasil karya, gagasan, atau pikiran siswa akan dipresentasikan.

Pembelajaran HOTS yang menggunakan unsur pembelajaran aktif MIKiR, menurut Mardiyati, membuat siswa lebih mudah memahami konsep pembelajaran. Bahkan membantu mereka dalam mengerjakan soal UNBK (ujian nasional berbasis komputer).

“Biasanya guru lebih banyak melatih soal-soal. Lewat pembelajaran aktif, siswa menjadi lebih mudah memahami konsep dan mengerjakan soal UNBK,” kata Mardiyati menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts