Suara Karya

Kemdikbud Siapkan SPADA Dukung Pembelajaran Daring di Kampus

JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tengah menyiapkan sistem pembelajaran daring Indonesia (SPADA) bagi perguruan tinggi yang tidak memiliki platform pembelajaran daring.

“SPADA sudah lama dikembangkan Ditjen Dikti. Sistem ini sedang diperkuat supaya bisa diakses perguruan tinggi yang belum punya platform pembelajaran daring,” kata Pelaksana tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Nizam dalam konferensi virtual bertajuk TIKTALK pada Kamis (9/4/20).

Nizam menjelaskan, pendidikan jarak jauh (PJJ) sebenarnya bukan hal asing dalam dunia pendidikan di Indonesia. Bahkan, Universitas Terbuka telah menerapkan model pembelajaran semacam itu sejak puluhan tahun lalu.

“Pendidikan jarak jauh lantas jadi pilihan utama, ketika sekolah dan kampus dengan terpaksa ditutup demi mencegah penularan covid-19. Memang banyak kampus yang masih gagap dengan konsep pembelajaran daring ini, tetapi semua itu bisa diatasi jika serius dan konsisten,” ujarnya.

Apalagi, lanjut Nizam, Kemdikbud sudah bekerja sama dengan beberapa penyedia layanan internet baik di dalam maupun di luar negeri, seperti kegiatan GDLN dan INHERENT sejak lama. Perubahan model pembelajaran ini dapat diaplikasi dengan cepat.

“Ditjen Dikti saat masih bergabung dengan Kemristekdikti sudah merilis Indonesia Cyber Education (ICE) sebagai platform untuk MOOC Indonesia. Kami siapkan penggunaan blockchain yang dapat diakses seluruh perguruan tinggi. Kami juga kerja sama dengan Google untuk model pembelajaran berbasis daring,” katanya.

Nizam mengakui, pengembangan pembelajaran daring masih perlu lebih banyak improvisasi agar proses belajar menjadi lebih interaktif, seperti halnya pembelajaran tatap muka. Dengan demikian, mahasiswa penuh semangat saat menghadiri pembelajaran daring.

Ditambahkan, perguruan tinggi juga didorong untuk melaksanakan riset terapan, terutama hal-hal yang terkait mitigasi covid-19 seperti pembuatan alat-alat kesehatan dan lain sebagainya. Ia berharap hasil inovasi itu bisa segera mendapat sertifikasi dari Kementerian Kesehatan, karena beberapa produk sudah masuk ujicoba.

Soal keluhan mahalnya biaya kuliah daring, Nizam mengatakan, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan sejumlaj provider/operator telekomunikasi yang memiliki paket kuota sesuai kantong mahasiswa. “Semoga kerja sama ini bisa direalisasikan dalam waktu cepat. Agar pembelajaran daring tidak memberatkan mahasiswa,” kata Nizam menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts