JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) kembali menggelar Pekan Kebudayaan Nasional (PKN). Kegiatan yang berlangsung selama 20-29 Oktober 2023 itu tersebar di 38 lokasi.
Dirjen Kebudayaan, Kemdikbudristek, Hilmar Farid kepada wartawan, di Jakarta, Selasa (5/8/23) menjelaskan, kegiatan selama PKN meliputi pameran dan acara publik seperti Pasar Ilmu, Bazaar Barter, dan Festival Layar Tancap.
Hilmar kembali menegaskan, PKN 2023 bukan sekadar perayaan, tetapi membawa misi, yaitu menjelaskan ke masyarakat bahwa kebudayaan juga ikut berperan dalam menciptakan masa depan bumi yang berkelanjutan.
Karena itu, tema PKN tahun ini adalah ‘Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan’. Diharapkan, kegiatan dapat menjadi wadah kolektif, yang melibatkan berbagai aspek lingkungan dan unsur lainnya, mulai dari pegiat budaya hingga masyarakat
Itu artinya, lanjut Hilmar, makna dan relevansi dalam setiap aksi berkesenian dan berkebudayaan harus mengakar pada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal.
“Budaya dan alam harus bisa jalan beriringan. Ketika bicara merawat budaya, kita juga harus bicara soal etos dan nilai bagaimana merawat bumi sebagai satu-satunya rumah kita,” ucapnya.
Hal senada dikemukakan Ketua Dewan Kurator PKN 2023, Ade Darmawan. Ia menjelaskan filosofi ‘lumbung’ yang menjadi ikon dalam ajang PKN 2023.
“Aspek lumbung yang menjadi dasar metode aksi PKN 2023 juga mengakar pada nilai lumbung di masyarakat, yaitu ruang penyimpanan, domestik dan urun rembuk, serta elemen sosialnya,” ujarnya.
Dalam konteks PKN, Ade Darmawan mengatakan, lumbung bukan sekadar tema, tetapi sebuah cara kerja. Praktik itu mendorong pembagian sumber daya dan kuasa kepada banyak praktik di berbagai lokalitas lain di Indonesia.
“Mereka bisa saling belajar, berjejaring dan saling memperkuat antarekosistem,” kata Ade.
Pelaksanaan PKN 2023 dibagi dalam tiga fase, yaitu rawat, panen dan bagi. Fase ‘Rawat’ adalah pra-acara dalam bentuk kegiatan residensi dan penelitian yang berlangsung sejak Juni 2023 lalu.
Setelah itu, ada fase ‘Panen’ yang berlangsung sepanjang Juli hingga Agustus 2023. Hasilnya dikumpulkan, didokumentasikan, lalu diarsipkan.
Fase terakhir adalah ‘Bagi’, yait tahap puncak di sepanjang September hingga Oktober 2023. Seluruh karya dibagikan melalui pameran, tur, perjamuan, pagelaran, konferensi, lokakarya, hingga penerbitan untuk dikonsumsi publik.
Pada PKN 2023 diperkenalkan konsep ‘Ruang Tamu’ yang menjadi tempat bertemunya seluruh audiens. PKN 2023 menjadi rumah yang siap menerima seluruh masyarakat di kehangatan ruang tamu.
“Di ruang tamu, nantinya tercipta percakapan, tidak hanya antarpelaku budaya tapi juga antarmasyarakat sebagai pengunjung. Hal itu membuka peluang kolaborasi dan aksi kolektif untuk memperpanjang semangat dengan hashtag #IndonesiaMelumbunguntukMelambung,” ujar Ade.
Ruang tamu sebagai tempat berkumpul, berdiskusi, dan bercengkerama menjadi titik awal kolaborasi yang mungkin terjadi di masa depan.
Rangkaian PKN 2023 disiapkan 8 kuratorial yakni Temu Jalar, Rantai Bunyi, Gerakan Kalcer, Laku Hidup, Jejaring, Rimpang, Berliterasi Alam dan Budaya, Pendidikan yang Berkebudayaan, serta Sedekah Bumi Project. Total ada 35 subkegiatan dari turunan 8 agenda besar tersebut.
Disebutkan 38 titik di DKI Jakarta dimana masyarakat dapat merasakan atmosfir dari pelaksanaan PKN pada 20-29 Oktober 2023, antara lain Galeri Nasional, Museum Kebangkitan Nasional, MBloc, Produksi Film Negara (PFN), Taman Suropati, Taman Menteng, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dan sepanjang Sungai BKT.
Selain itu ada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Ciganjur, Pasar Cipulir, Stasiun Senen, Stasiun Bogor, Taman di Jembatan Hitam, Blok M Square, MRT Lebak Bulus, MRT Bundaran HI, Penjaringan, Jagakarsa, Paseban, Bekasi, Rawamangun, Cipinang Melayu, dan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Ada sejumlah tempat di Kebon Jeruk, Duri Selatan, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Sempur, RPTRA Galur, RPTRA Kepulauan Pramuka, RPTRA Kali Pasir, Cilandak Town Square, Fx Sudirman, Alun-Alun Kota Bogor, dan Terowongan Kendal.
Hasil kegiatan simposium dalam PKN 2023 akan menjadi rekomendasi, yang akan menjadi bahan dasar untuk kebijakan kebudayaan di masa depan. (Tri Wahyuni)