JAKARTA (Suara Karya): Belum lama ini, Kementerian Koperasi dan UKM telah menggelar pelatihan vocational untuk menggenjot potensi daerah Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat, dalam bidang pengolahan mangrove dan buah merah.
“Kedua komoditi tersebut merupakan komoditi unggulan di wilayah Bintuni. Tujuan dari pelatihan vocational tersebut adalah agar potensi masyarakat lokal bisa ditumbuhkan guna menyambut industri wisata dan makanan khas olahan yang ada di sana,” kata Asisten Deputi Bidang Peran Serta Masyarakat Kementerian Koperasi dan UKM, Hariyanto, dalam rilisnya, di Jakarta, kemarin.
Kawasan Teluk Bintuni yang merupakan salah satu kabupaten pemekaran baru di Provinsi Papua Barat yang disahkan pada 12 November 2002, terletak antara pantai Selatan Kepala Burung dan Pantai Semenanjung Onin.
“Bumi Papua memiliki sumber daya alam yang besar. Diantaranya, gas alam yang berada di perut Teluk Bintuni, serta hutan mangrove. “Hutan mangrove di Bintuni seluas 200 hektar yang mencakup 10 persen dari luas hutan mangrove Indonesia. Sehingga, dengan tumbuhnya wisatawan baik lokal maupun mancanegara dibutuhkan pengolahan produk lokal sebagai produk khas dari daerah tersebut,” ucap Hariyanto.
Menurut Hariyanto, pelatihan di kabupaten baru yang masuk di dalam daftar daerah tertinggal tersebut akan difokuskan pada pengembangan SDM di wilayah perbatasan dan daerah tertinggal. “Pelatihan-pelatihan itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM KUMKM di tanah Papua,” tandas Hariyanto.
Hariyanto pun menegaskan bahwa pihaknya akan terus hadir di Tanah Papua dalam upaya meningkatkan daya saing produk lokal dengan memiliki berbagai olahan dan kualitas yang bagus. “Kami memberikan pelatihan vocational mangrove yang diolah menjadi olahan minuman sirup dan buah merah yang diolah menjadi minyak,” ujarnya.
Tumbuhnya perekonomian di Papua Barat diharapkan dapat memberikan dampak positif pada perbaikan taraf hidup masyarakat Teluk Bintuni, Papua Barat. “Kita akan terus menstimulasi pertumbuhan ekonomi, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Teluk Bintuni khususnya dan provinsi Papua Barat pada umumnya di masa yang akan datang,” jelas Hariyanto lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Asisten II Bidang Perekonomian Kabupaten Teluk Bintuni, Frans N Awak mengatakan bahwa pihaknya menyambut positif pelatihan yang diadakan Kemenkop dan UKM kepada masyarakat Teluk Bintuni.
“Diharapkan hal itu dapat memberikan dampak positif untuk mengenal lebih dalam terkait potensi daerah yang dapat meningkatkan tumbuhnya perekonomian daerah dan perbaikan taraf hidup masyarakat,” kata Frans.
Dengan adanya pelatihan buah merah dan pengolahan mangrove, Frans berharap masyarakat Teluk Bintuni siap menyambut Festival Hutan Mangrove sedunia yang direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2020.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan, Mama Michael bercerita bahwa selama tinggal di Teluk Bintuni ini baru kali pertama dirinya mendapat pelatihan pengolahan mangrove menjadi sirup. “Saya sangat senang pelatihan ini karena bisa menambah wawasan dan pengalaman baru bagi saya,” pungkas dia. (gan)