JAKARTA (Suara Karya): Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menggelar kegiatan Training of Trainers (ToT) Literasi Digital bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Kesehatan (Kemkes).
“Diharapkan ASN Kemkes memiliki pemahaman literasi digital, sehingga bisa menjadi ‘trainer’ di lingkungan pemerintahan pada 2023 mendatang,” kata Direktur Pemberdayaan Informatika, Kemkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto saat membuka acara, pekan lalu.
Dengan demikian, lanjut Bonifasius, terjadi peningkatan literasi digital secara kognitif kepada ASN menuju transformasi digital di Indonesia. Karena skor literasi digital di Indonesia masih sedang, yaitu 3.49 dari 5.00.
Hal senada dikemukakan Direktur Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan, Kemkes, Doddy Izwardy. Katanya, literasi digital pentinf agar kebijakan kesehatan berbasis data membuatnya lebih akurat dan pelayanan lebih efisien di tingkat puskesmas, klinik, rumah sakit, laboratorium dan apotek.
Sesi pertama kegiatan membahas budaya digital yang disampaikan Dr Istiani dan Dr Irene Camelyn Sinaga. Literasi digital penting untuk individu agar siap dalam transformasi digital di kemudian hari.
“Literasi digital itu seperangkat pengetahuan, keterampilan fisik dan nilai-nilai yang memungkinkan individu percaya diri dan mandiri untuk bermain, belajar, serta bersosialisasi di lingkungan digital,” ujar Istiani.
Sementara Dr Irene menegaskan, setiap individu memiliki kewajiban untuk membantu Indonesia semakin maju serta siap menghadapi transformasi digital.
Sesi kedua membahas etika digital yang dipaparkan praktisi literasi digital, Tri Hadiyanto Sasongko dan Cahyo Edhi Widyatmoko.
Cahyo menerangkan, ASN harus memiliki etika dan tanggung jawab penuh atas informasi dan data. Komunikasikan ke masyarakat secara tepat dan akurat agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Tri Hadiyanto menambahkan, mengelola media sosial pribadi dan kelembagaan, seorang ASN harus memiliki etika yang bijak dengan memberi informasi yang dapat dipercaya.
“Dengan mencantumkan sumber data yang resmi pada konten sosial media milik pemerintah, diharapkan informasi bisa tersampaikan dengan tepat dan terhindar dari misinformasi,” ujarnya.
Sesi ketiga tentang keamanan digital pada sektor pemerintahan, yang disampaikan Andri Johandri dan Hari Singgih Noegroho.
Andri menjelaskan, pengguna internet diminta menjaga keamanan digital agar terhindar dari pencurian data pribadi yang akan merugikan diri sebagai pengguna internet.
“Zone-h.org adalah salah satu website yang menampilkan daftar akun yang diretas setiap harinya. Mengingat keamanan digital itu penting, maka sebagai pengguna internet kita tidak boleh percaya apa pum sebelum jelas sumbernya,” ujarnya.
Kegiatan ToT Literasi Digital untuk Kemkes diakhiri dengan sesi pembahasan pilar keterampilan digital. Materi tersebut dibawakan Teddy Sukardi dan Mohammad Iqbal. Selanjutnya sesi praktik penggunaan multimedia disampaikan Gatot Sandy. (Tri Wahyuni)