Kemristekdikti Blacklist Pelaku Penjual Ijazah Palsu

0

JAKARTA (Suara Karya): Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir minta pada jajarannya untuk tak lengah menghadapi para pelaku penjual ijazah palsu. Beberapa nama pelaku “jahat” itu bahkan telah di”blacklist” dalam dunia pendidikan tinggi Tanah Air.

“Saya lihat pelaku penjual ijazah palsu ini orangnya ya itu-itu saja. Untuk urusan izin, nantinya bukan cuma dilihat nama yayasannya saja, tetapi ditelisik nama per nama,” kata Nasir usai melantik Ismunandar sebagai Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), di Jakarta, Kamis (29/11).

Nasir menegaskan, pihaknya sebenarnya telah membangun sistem yang bagus untuk meminalisir terjadinya jual beli ijazah palsu. Perguruan tinggi yang ketahuan menjual ijazah palsu langsung dicabut izinnya.

“Ternyata para pemain ini pakai nama perguruan tinggi lain dalam menjalankan aksinya. Kita tak boleh lengah lagi. Saya sudah minta pada jajaran untuk membuat daftar hitam para pelaku penjual ijazah palsu. Kita tak boleh lengah lagi,” ujarnya.

Menristekdikti mengaku geram mendengar kasus jual beli ijazah palsu kembali marak. Pasalnya, tindakan semacam itu telah merusak marwah pendidikan tinggi di Indonesia.

“Siapapun dia, mau staf khusus atau ada pihak lain, saya ingatkan untuk tidak memberi ruang. Tindakan mereka sudah tergolong jahat,” ucap Nasir menegaskan.

Dalam sambutannya, Menristekdikti meminta jajarannya agar dalam penyusunan kebijakannya mengacu pada sistem yang berkembang saat ini yaitu ‘Cyber Physical System’ guna siap dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0.

“Jika tidak, perguruan tinggi kita akan kena dampaknya yaitu ‘the death of university’ atau kematian suatu perguruan tinggi. Karena itu, inovasi dan kreativitas harus dilakukan, ‘distance learning’ harus dijalankan serta kualitas pendidikan harus tetap dijaga,” tuturnya.

Menristekdikti mengucapkan terima kasih atas kerja keras Intan Ahmad dalam 3 tahun terakhir sebagai Dirjen Belmawa. Karena guru besar ITB itu berhasil merancang berbagai terobosan seperti Sistem Pembelajaran Daring, Pendidikan Profesi Guru (PPG), Penyetaraan Ijazah Online, Sistem Verifikasi Ijazah Secara Online.

“Masih ada program lainnya yaitu Penomoran Ijazah Nasional (PIN), Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) serta Indonesia Research Education Network (IdREN),” tuturnya.

Sebagai informasi, Ismunandar sebelumnya menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC, Amerika Serikat. Ia pernah meraih predikat mahasiswa berprestasi ITB 1992. Pada 1998, lulus sebagai doktor dari University of Sydney, Australia. Lalu mendapat gelar guru besar termuda di ITB saat berusia 38 tahun. (Tri Wahyuni)