Kereen, 38 Persen Pucuk Pimpinan PTS di Jakarta Dipegang Perempuan

0

JAKARTA (Suara Karya): Perempuan Indonesia saat ini semakin berdaya. Hal itu terlihat ada posisi perempuan di pucuk pimpinan perguruan tinggi swasta (PTS) di DKI Jakarta yang mencapai angka 38 persen.

“Saya yakin, semakin banyak perempuan Indonesia menjadi pemimpin perguruan tinggi di masa depan. Untuk itu, penting bagi perempuan terus berinovasi dan berkolaborasi. Lalu, ‘be the best with your uniqueness,” kata Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) DKI Jakarta, Paristiyanti Nurwardari di Jakarta, Jumat (27/5/22).

Pernyataan itu disampaikan Paristiyanti dalam Forum Diskusi Inspirasi Kepemimpinan Perempuan, yang dilanjutkan dengan peresmian London School Centre for Leadership dan peluncuran buku ‘Wonderful Woman’ oleh Prita Kemal Gani.

Ditambahkan, pria hingga kini masih mendominasi sebagai pemimpin dalam organisasi atau institusi di beberapa wilayah baik di kota-kota besar, apalagi di wilayah terpencil. Pada kenyataannya, wanita memiliki potensi yang tak kalah berkualitas dalam hal kepemimpinan

“Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai seorang pemimpin yang mempengaruhi perilaku tim nya agar dapat bekerja sama secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Pimpinan memiliki pengaruh yanh besar dalam keberhasilan organisasi ataupun institusinya,” tutur Paris.

Kehadiran perempuan dinilai memiliki kontribusi besar terhadap kesejahteraan masyarakat baik dari sektor budaya, pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Memberi pembekalan edukasi dan peran penting dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Akibat perkembangan zaman, gender sudah tak lagi menjadi faktor pembeda yang dominan. Hal itu sejalan dengan gerakan kesetaraan gender yang menuntut adanya hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan,” ujarnya.

Perempuan yang akrab dipanggil Paris itu menyebutkan, tiga tugas utama LLDikti Wilayah III DKI Jakarta. Pertama, meningkatkan mutu layanan PTN dan PTS di wilayahnya. Kedua, peningkatan mutu dosen. Dan ketiga, penyiapan lima klinik mutu bagi setiap individu dosen dan mahasiswa untuk mempercepat implementasi kampus merdeka belajar.

Kepala Dharma Wanita Persatuan (DWP) Diktiristek, Dr Sri Puji Saraswati Nizam selaku pembicara kunci dalam acara mengatakan, lendididkan berkarakter harus dijalankan sistematis dan berkelanjutan.

“Kita perlu membangun generasi emas, yang cerdas berkarakter. Cerdas itu harus komprehensif, mulai dari spiritual, emosional, sosial, intelektual, kinestetik, dan lingkungan,” katanya.

Disebutkan 3 area penguatan pengarusutamaan gender yang harus diperkuat, yaitu ekosistem sekolah, pembelajaran bermakna, guru sebagai panutan, serta lingkungan keluarga dan masyarakat

“Kehadiran perempuan-perempuan berpendidikan tinggi akan menjadi tulang punggung bagi tumbuh suburnya generasi cerdas berkarakter yang dimulai dari rumah,” ujarnya.

Karena itu, lanjut Sri Puji, DWP di kantor-kantor kementerian dan pemda atau Paguyuban Perempuan di PTS perlu di dukung sepenuh hati, dihidupkan, dan ditumbuhkembangkan.

Siskusi panel pertama mengusung tema ‘Perempuan dan Masa Depan Pendidikan’ menghadirkan pimpinan wanita, Founder & CEO LSPR, Prita Kemal Gani; Rektor Universitas Gunadarma, Prof Margianti; dan Kepala LLDikti Wilayah III Paristiyanti Nurwardani.

Prita Kemal Gani dalam kesempatan yang sama berbagi pengalaman dalam merintis LSPR hingga sekarang ini. ”Dalam memimpin LSPR, saya seperti memimpin dalam rumah. Pendekatan yang kami gunakan adalah persuasif dan kekeluargaan. Selain itu, ada prinsip entrepreneurialship yang kami usung dalam membangun LSPR,” ujarnya.

Mengusung prinsip entrepreneurialship, maka seluruh staf harus melakukan yang terbaik. Bagaimana membuat semua staf, termasuk dosen dan mahasiswa, senang berada di LSPR. Kondisi itu menciptakan persahabatan yang menjadikan LSPR menjadi kuat hingga sekarang. (Tri Wahyuni)