Keren, Dana Matching Fund Universitas Bandar Lampung Tembus Rp4,75 Miliar!

0

JAKARTA (Suara Karya): Meski berstatus perguruan tinggi swasta, upaya Universitas Bandar Lampung (UBL) dalam menembus Program Matching Fund tak boleh dipandang sebelah mata. Pada 2022, ada 9 proposal yang disetujui dengan dana hibah mencapai Rp4,75 miliar.

“Dana itu memang meningkat signifikan dibanding tahun 2021, sebesar Rp900 juta untuk dua proposal yang disetujui,” kata Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Hendri Duman kepada tim Press Tour Kemdikbudristek di Kampus UBL, Kota Bandar Lampung, Kamis (16/3/23).

Ia menyebut dua proposal yang mendapat dana matching fund pada 2021 yaitu pembuatan alat pemotong baja dengan lengan robot. Mitra industri terpilih PT Krakatau Steel. Dana inovasi sebesar Rp400 juta.

Kedua, pembuatan alat untuk meracik obat bagi pasien kanker tulang stadium 4. Pembuatan obat tersebut membutuhkan alat yang minim sentuhan manusia, bergerak cepat dan penuh kehati-hatian.

“Mitra untuk pembuatan alat ini adalah Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), salah satu lembaga yang berada dibawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Dana inovasi diberikan Rp500 juta,” tutur Hendri.

Terkait program matching fund 2022, Hendri menyebut ada 9 proposal, antara lain pembuatan
Automatic Guided Vehicle (AGV) kerja sama PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (PT GMF AeroAsia), anak usaha Garuda Indonesia.

Selain itu, UBL membantu penanganan masalah narkoba di Lampung yang cukup tinggi. Riset tersebut bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN), serta riset lainnya yang dibutuhkan di masyarakat.

Tentang AGV yang menarik perhatian GMF, Ketua Tim Peneliti yang juga Dosen Program Studi Teknik Mesin UBL, Muhammad Riza menjelaskan, pihaknya butuh waktu sekitar 5 bulan untuk menghasilkan satu prototipe AGV.

“Tidak hanya dosen, riset ini juga melibatkan 10 mahasiswa,” ujarnya.

Riza menekankan AGV UBL menggunakan 50-60 persen komponen dalam negeri. Hal itu untuk mendukung program pemerintah, yakni bangga buatan Indonesia.

Kerja keras tim UBL tersebut berbuah manis. Kendaraan berpemandu otomatis bernama Alto itu ditampilkan dalam event GMF Innovation Day 2023 pada 1 Maret lalu.

“Melihat Alto disejajarkan dengan karya dari kampus ternama seperti Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) itu rasanya bangga luar biasa. Kerja keras yang kita lakukan dalam 5 bulan lalu terbayarkan,” tutur Riza.

Saat itu AGV UBL diperagakan dalam hangar DC-9 PT GMF AeroAsia, anak usaha Garuda Indonesia yang menyediakan jasa perawatan, perbaikan, dan pemeriksaan pesawat terbang.

Riza menjelaskan ide pembuatan alat itu muncul saat melihat troli manual dalam proses pemindahan komponen pesawat pada area workshop di PT GMF AeroAsia.

Melihat kesulitan itu, lanjut Riza, muncul ide untuk membuatkan alat yang mampu umemindahkan material dengan bantuan kendaraan berpemandu otomatis.

Pembuatan alat dilakukan peneliti dan mahasiswa dari Program Studi Teknik Mesin yang didalamnya memiliki disiplin ilmu mekatronika.

Rancang bangun untuk AGV juga melibatkan peneliti dari ilmu komputer untuk menangani masalah perangkat lunak dan serta akademisi dari bidang ekonomi yang melakukan analisis kelayakan ekonomi.

Saat ini AGV digunakan oleh GMF hingga pertengahan 2024 untuk mengoptimalisasi kerja PT GMF AeroAsia dalam melakukan perawatan pesawat terbang

“Setelah itu, kami berharap AGV bisa dihilirisasi karena teknologi ini bisa digunakan untuk ekspedisi, perhotelan, selain di industri pesawat,” katanya.

Mengenai harga jual, Riza menyebut AGV UBL lebih murah, yaitu Rp 150 juta, sedangkan alat serupa impor sekitar Rp 500 juta.

Ia berharap mendapat hibah matching fund pada 2023 untuk mendapat hak paten dan diproduksi massal oleh industri. (Tri Wahyuni)