JAKARTA (Suara Karya): Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) berhasil mengembangkan inovasi yang mengubah limbah plastik kresek menjadi genteng tahan gempa. Harga genteng pletong itu pun lebih murah dibanding genteng dari tanah liat.
“Harga satuan genteng ini Rp8 ribu. Bukan hanya murah, produknya juga awet karena tidak mudah pecah,” kata Wakil Direktur Bidang Akademik PNJ, Nunung Martina di Jakarta, Rabu (11/10/23).
Produk Genting buatan PNJ tersebut akan dipamerkan pada Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 dan Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024, yang digelar Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, di ICE BSD, Tangerang Selatan, pada 18-22 Oktober 2023.
Hadir dalam kesempatan itu Direktur Pengembangan Ekspor Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan, Miftah Farid dan Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemdikbudristek, Uuf Brajawidagda.
Nunung menjelaskan, genting pletong merupakan produk inovasi dari Program Matching Fund yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) 2022. Proses riset hingga menjadi prototipe menghabiskan waktu selama 8,5 bulan.
“Produk tersebut telah diterapkan disejumlah rumah warga di Cibitung, Jawa Barat. Produk itu tidak harus dipasang sesama pletong, tapi bisa disisipkan bersama genteng dari tanah liat. Ukurannya pas, sesuai standar,” ujar Nunung.
Pembuatan genting pletong dari limbah plastik kresek yang diambil dari tempat pembuangan akhir sampah di Bantar Gerbang. Sampah plastik tersebut tidak disentuh pemulung, karena tidak bernilai ekonomis.
“Produk ini sekaligus membantu pemerintah dalam menangani sampah plastik yang sulit terurai oleh alam,” ujarnya.
Ditambahkan, sampah plastik tersebut kemudian dicampur dengan bahan kimia lainnya hingga menghasilkan produk plastik yang padat, kokoh tetapi ringan. “Produk ini sedang dalam proses pencatatan hak cipta. Semoga bisa selesai dalam waktu segera,” kata Nunung.
Produk itu tercipta, lanjut Nunung, berkat dukungan mahasiswa dan dosen lainnya melalui project based learning (PjBL) yang menjadi ciri khas pembelajaran di Politeknik. “Produk ini dikembangkan bersama 10 mahasiswa melalui PjBL,” katanya.
Nunung mengaku produk inovasi yang di kembangkan kampusnya mendapat tempat untuk dipamerkan di TEI 2023. Upaya itu diharapkan dapat mempercepat proses komersialisasi produk inovasinya.
Seperti dijelaskan Miftah Farid, TEI 2023 bertujuan meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional melalui berbagai potensi kekayaan alam, kreativitas dan budaya dalam bentuk produk berkualitas, berdaya saing, dan memenuhi standar internasional.
TEI menghadirkan berbagai bentuk produk mulai dari sektor industri, pertambangan, pertanian, hingga kerajinan dari pemasok produk yang terjamin di dunia internasional. (Tri Wahyuni)