Suara Karya

Kian Global, Institut Pariwisata Trisakti Perkuat Kerja Sama GTU China!

JAKARTA (Suara Karya): Institut Pariwisata Trisakti kembali memperkuat kerja sama dengan Guilin Tourism University (GTU) China, setelah melihat tingginya minat mahasiswa ikuti program double degree di negara tirai bambu tersebut.

“Kerja sama dengan GTU China akan diperluas, tak hanya pada program double degree, tapi juga joint research dan kuliah pendek bagi dosen,” kata Rektor Institut Pariwisata Trisakti, Fetty Asmaniati usai menerima President of GTU, Prof Lin Chunyi di kampus Bintaro, Jakarta, Kamis (19/10/23).

Hadir dalam kesempatan yang sama, Vice Dean of Belt and Road International School Departement, GTU, Zhu Jinsheng; dan dua staff GTU yang akan kuliah S2 di Institut Pariwisata Trisakti yaitu Jiang Yine dan Su Jinmei; serta satu dosen GTU yaitu Quan Na yang akan kuliah program doktoral di Institut Pariwisata Trisakti.

Dijelaskan, kerja sama Program Double Degree antara Institut Pariwisata Trisakti dengan GTU China telah terjalin sejak 2016 lalu. Ada sekitar ratusan mahasiswa Institut Pariwisata Trisakti yang ikut program tersebut.

“Penguatan kerja sama harus dilakukan karena ada perubahan status dari kami, yang awalnya Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti menjadi Institut Pariwisata Trisakti pada Maret 2023 lalu,” tutur Fetty.

Program Double Degree yang dikembangkan Institut Pariwisata Trisakti, tak hanya dengan GTU China tapi juga dengan kampus pariwisata terkemuka dari 3 negara lainnya. Disebutkan, IMI Switzerland, Burapha University, Thailand, James Cook University Australia.

Fetty meyakinikan kampus yang diajak kerja sama Institut Pariwisata Trisakti memiliki reputasi yang bagus. Contohnya GTU China. Kampus tersebut memiliki jaringan kuat dengan hotel-hotel berbintang di seluruh wilayah China.

Dengan demikian, lanjut Fetty, lulusannya dapat bersaing di dunia global. Keuntungan dari program double degree ini, mahasiswa jadi mahir dalam bahasa Inggris. Sehingga mereka bisa berkarir di industri pariwisata secara global.

Keistimewaan dari program double degree di Institut Pariwisata Trisakti, lanjut Fetty, pembelajaran dilaksanakan selama 2 tahun di masing-masing negara. Program magang diatur sepenuhnya oleh perguruan tinggi asing.

“Sehingga peluang untuk magang di industri pariwisata berkelas dunia akan lebih mudah,” ucapnya.

Untuk bisa kuliah di GTU China, lanjut Fetty, mahasiswa tak perlu ikut tes. Karena kualitas Institut Pariwisata Trisakti telah dipercaya oleh perguruan tinggi asing tersebut.

“Jumlah mahasiswa untuk kelas double degree tak terlalu banyak, sekitar 20 orang per angkatan per negara. Program pilihan ini memudahkan mahasiswa yang kuliah di luar negeri tanpa perlu repot mencari dan mendaftar ke kampus tujuan sendiri,” ucap Fetty.

Kepala Departemen Prodi S1 Pariwisata, Institut Pariwisata Trisakti, Amrullah dalam kesempatan yang sama menjelaskan, program lain yang akan dikembangkan bersama Institut Pariwisata Trisakti dan GTU China dalam bidang penelitian.

“Kami menargetkan joint research ini akan publikasi yang bisa masuk ke jurnal internasional terindeks scopus. Hal itu akan mendongkrak reputasi kampus Institut Pariwisata Trisakti maupun GTU,” ujar Amrullah.

Terkait rencana dosen GTU China, Quan Na yang akan ambil Program Doktoral di Institut Pariwisata Trisakti mengaku senang bisa kuliah diluar negaranya.

“Institut Pariwisata Trisakti memiliki reputasi yang bagus sebagai kampus pariwisata. Ini kesempatan bagi saya untuk belajar kebudayaan dan kehidupan diluar negara saya,” kata Na yang mengaku senang dengan kerja sama ini.

Kebahagiaan memang terpancar di wajah Quan Na sepanjang acara. Bahkan ia paling aktif saat jamuan makan, banyak bertanya dengan mahasiswa dan dosen yang mendampinginya. (Tri Wahyuni)

Related posts