Suara Karya

Kilo Leda-Congkar se-Jabodetabek Gelar Misa Inkulturisasi

JAKARTA (Suara Karya): Keluarga Besar Kilo Leda-Congkar (Lamba Leda-Congkar) menggelar misa inkulturasi di Aula Marsudirini, Bekasi, Jawa Barat pada Sabtu (10/9/2022). Kilo Leda-Congkar adalah salah satu kumpulan suku di Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek).

Acara misa inkulturasi ini merupakan bagian dari acara penti yang diwarnai dengan pentas seni dan budaya Manggarai. Misa inkulturasi tersebut dipimpin oleh Romo Aleks Lanur, OFM dan Romo Darmin Mbula, OFM.

Sementara koor dalam misa tersebut dibawakan oleh para Mahasiswa Leda-Congkar yang tersebar di setiap Kampus se-Jabodetabek. Semua lagu yang dinyanyikan berbahasa Manggarai.

Dentuman musik modern yang dielaborasi dengan gong dan gendang memecahkan sunyi para tamu undangan yang ikut merayakan misa tersebut. Lagu penutup misa tersebut berjudul “Mai Mori” yang merupakan karya anak muda Leda-Congkar.

“Luar biasa misa inkulturasi ini. Semuanya dalam bahasa daerah Manggarai. Ini bentuk kecintaan kita terhadap daerah asal dan Gereja yang membimbing kita ke jalan yang benar,” celetuk salah satu tamu undangan yang hadir.

Jalannya Acara

Mata acara Penti yang bertema “Lai Ca Kudu Cama Laing” ini telah ditata secara rapi oleh panitia yang diketuai oleh Ronsi Daur asal Wuas, Lamba Leda Timur.

Sebelum perayaan misa, diawali dengan penjemputan pastor di pintu gerbang. Para pastor dikalung selendang bermotif tenunan Congkar. Kemudian dilanjutkan dengan Renggas dan Sanda Kembana. Selanjutnya misa pun dimulai yang diiringi oleh tarian yang disuguhkan oleh Mahasiswa Leda-Congkar.

Usai misa dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan menu utama nasi bambu (kolo), nasi jagung (hang bongkar), nasi merah (hang wara), daging ayam dan daging babi yang diolah sesuai selera adat Manggarai.

Makan bersama selesai, acara tersebut dilanjutkan dengan pentas Seni dan Budaya. Orang tua Leda-Congkar mengambil posisi duduk di Panggung yang beralaskan tikar. Orang tua duduk sembari minum tuak dan makan siri pinang (Cepa).

Orang tua Leda-Congkar yang hadir antara lain: Bapak Cypri Aoer, Bapak Ino Sensi, Bapak Damianus Ambur, Bapak Agustinus Dawardja, Bapak Willy Pandik, Bapak Gaudens Wodar, Bapak Savio Rahmat dan Bapak Sebinus Suhardi.

Perwakilan Manggarai Barat terlihat Bapak Rikard Bagun, Bapak Gaudens Suhardi dan Bapak Lucius Karus dan Alex Marten. Sementara ada juga utusan dari Keluarga Perempuan Manggarai (KPM) yakni ibu Vivi Syukur dan ibu Emilia AK serta ibu Ekke Pareira.

Pentas seni dan budaya acara tersebut menampilkan mbata, sanda, danding, rantuk alu serta tari-tarian dengan yang diiringi gong gendang. Terlihat meriah.

Acara penti itu pun ditutup dengan tampilan mahasiswa yang menyanyikan lagu Manggarai berjudul “Seni Senang” yang dibalut koreografi seadanya. Semua tamu undangan serta orang tua ikut bergoyang.

Sejumlah orang tua mempunyai kesan tersendiri atas acara penti itu. Mereka merasa terharu lantaran acara tersebut baru kembali dibuat setelah 25 silam wadah Leda-Congkar dibentuk.

Agustinus Dawardja berharap generasi Muda Leda-Congkar bisa membawa harapan dan optimis sebagai pembawa estafet kebudayaan Manggarai. Namun kata Agustinus, kerjasama dan kolaborasi lintas generasi menjadi sangat penting.

Sementara Ino Sensi berharap Kilo Leda-Congkar perlu diperkuat menjadi wadah pemersatu dan pengembangan diri generasi muda Leda-Congkar.

Ino berharap acara penti tersebut tidak berakhir pada acara 10 September tetapi terus berlanjut dan bahkan harus menjadi agenda tahunan Kilo Leda-Congkar. “Semoga acara penti menjadi agenda tahunan,” harapnya.

Sejarah

Kilo Leda-Congkar sebenarnya bukan wadah yang baru dibentuk. Kilo tersebut sudah diinisiasi sejak tahun 1976 silam. Inisiator awalnya adalah bapak Wens Sahnidam dari kilo Congkar.

Savio Rahmat yang merupakan salah satu saksi sejarah terbentuknya kilo Leda-Congkar ini mengatakan, asrama Kebun Kosong adalah tempat kali pertama berkumpulnya orang tua kilo Leda-Congkar.

“Tahun 1976 itu hanya kumpul biasa-biasa saja di asrama kebun kosong. Belum berpikir untuk bikin Penti dan lain-lain. Tetapi sudah mulai karena waktu Wens Sanidam baru pulang dari Irian. Karena dia merasa butuh sekali keluarga ini, untuk sama-sama,” kata Savio.

Tiga tahun berjalan tanpa ada gebrakan, persisnya tahun 1980 kata Savio, para orang tua memikirkan untuk membuat acara penti. Acara tersebut dibuat kata Savio karena keluarga Manggarai (Timur) saat itu di Jabodetabek makin banyak.

“Tahun 1980, setelah adik-adik saya pada hadir terutama Dami Ambur, Sebinus Suhardi, Gaudens Wodar, Ancis Da Gomes dll. Yang berkeluarga waktu itu kurang lebih ada 7 keluarga yaitu Yakob Kedang, pengusung utama dari Satar Teu, Wens Sahnidam (Congkar), Lodo Syukur, Tote Riberu, Herman Mat, Savio, Kanis Pion dari Tanggar. Stanis Ampu dari Congkar,” kisahnya.

Acara penti pertama kata Savio digelar di rumah Almarhum Lodo Syukur. Kemudian Penti kedua yang digelar tahun 1981 juga digelar di tempat yang sama.

Selanjutnya penti ketiga yang digelar pada tahun 1982 memilih tempat di Puncak, Bogor. Persisnya di Villa Kompas. Berakhirnya penti di puncak kata Savio, vakum pula keberadaan Kilo Leda-Bongkar hingga puncaknya tahun 2022.

Vakumnya kilo Leda-Congkar kata Savio bukan tanpa alasan. Hal tersebut kata Savio karena adanya gejolak politik. Saat itu, tak sedikit orang tua yang terjun ke dunia politik.

“Terakhir, serah terima dari kaka Lodo ke Saya itu disaksikan oleh kaka Rickar Bagun di Villa sekitar tahun 90-an sebelum kaka Lodo pulang ke Manggarai. Itu terakhir kumpul Leda Congkar dan bungkam sampai digelar lagi kemarin,” katanya.

Namun kata Savio, sejarah biarlah berlalu. Acara Penti 2022 merupakan awal kebangkitan kembali Kilo Leda Congkar Jabodetabek.

“Acara kemarin betul-betul punya kebanggaan tersendiri terhadap apa yang ponakan, cucu dan adik-adik lakukan. Saya pikir hari yang luar biasa. Hari kebangkitan awal. Saya harus katakan ini awal, bukan dulu lagi. Dulu itu hanya jejak-jejak saja,” tegasnya.

Sementara acara pentas seni dan budaya yang ditampilkan kata Savio sungguh luar biasa. Apalagi loyalitas mahasiswa yang total membuat acara tersebut menjadi sukses.

“Ini sudah langkah bagus. Terima kasih kepada adik-adik mahasiswa. Saya melihat mereka betul-betul berbuat untuk Kilo Leda-Congkar ini,” kenangnya. (Bobby MZ)

Related posts