
JAKARTA (Suara Karya): Pendidikan anak usia dini (PAUD) berbasis kurikulum Filandia, Kipina Worldwide bakal buka cabang di Indonesia. Menggandeng Yayasan Akademi Anak Indonesia (YAAI), sekolah pertama dibangun di kawasan Gading Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
“Kipina baru akan dibuka di Indonesia pada Juli 2021, setelah diperbolehkan untuk pembelajaran tatap muka,” kata Ketua sekaligus Pendiri YAAI, Sudino Lim dalam keterangan pers secara virtual, Selasa (27/10/20).
Hadir dalam kesempatan itu, Managing Director Kipina Worldwide, Kieran Galvin dan Akademic Director Kipina, Jeannine Laubner.
Sudino menjamin pembelajaran di Kipina sesuai protokol kesehatan di masa pandemi. Karena lingkungan sekolah dibuat super aman, super bersih dan super higienis. Seluruh area disiapkan sesuai standar kebersihan dan sterilisasi internasional.
“Bahkan kami menggunakan perabotan kayu alam dan pemantauan suhu tubuh bagi murid dan karyawan 2 kali sehari serta lewar sistem sterilisasi sinar UV setiap 24 jam. Hal itu menjadi penting di masa pandemi,” katanya.
Sudino menjelaskan, pihaknya tertarik kerja sama dengan Kipina, karena memiliki reputasi yang baik dunia internasional. Kipina juga mengadopsi kurikulum Filandia, yang terkenal sebagai kurikulum terbaik di dunia.
“Kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi juga dikombinasikan dengan kurikulum nasional di negara masing-masing. Sehingga siswa tetap mengenal budaya dan tradisi negaranya sendiri,” ujarnya.
Dan yang istimewa, lanjut Sudino, staf pengajar adalah orang Indonesia, tetapi dilatih sesuai standar Kipina. Sehingga kualitas guru akan sama di 14 negara dimana Kipina berada, yakni di wilayah Timur Tengah, Afrika Utara dan Eropa Timur.
“Kami menargetkan ada 10 sekolah Kipina dibuka di Indonesia dalam 4 tahun kedepan. Cabang ke-2 kini tengah dibangun di Kelapa Gading, Jakarta Utara,” tuturnya.
Ditanya soal biaya, Sudino Lim menegaskan, pihaknya menawarkan biaya yang terjangkau kalangan menengah. Uang masuk hanya Rp15 juta, sedangkan sumbangan penyelenggaran pendidikan (SPP) sebesar Rp2-3 juta per anak, tergantung usia.
“Kami minta pada Kipina Worldwide agar tidak menerapkan biaya tinggi seperti di negara lain. Karena di Qatar atau Abu Dhabi, misalkan, biaya masuk ditetapkan 15 ribu dollar per anak. Sedangkan iuran bulanan seribu dollar per anak. Hanya di Indonesia, yang biaya masuknya sangat terjangkau,” katanya.
Meski demikian, Kipina Indonesia membatasi penerimaan siswa, yaitu 60 orang per usia mulai dari 2 hingga 6 tahun. Sehingga jumlah siswa yang diterima secara keseluruhan 250 siswa.
“Kami tidak mau terima banyak, karena ingin benar-benar fokus pada anak. Karena kami sadar, PAUD adalah dasar pendidikan bagi anak. Kami ingin hasilnya optimal,” ujarnya.
Sebagai informasi, YAAI telah lama berkecimpung dalam bidang pendidikan. Yayasan tersebut memiliki beberapa institusi pendidikan seperti pusat pelatihan Master Language Center, kampus INTI College Indonesia, Tzu Chi School dan Pradita University.
Hal senada dikemukakan Managing Director Kipina, Kieran Galvin. Katanya, Kipina di Indonesia berbeda dengan negara-negara lain, dengan harapan pendidikan terbaik di dunia ini bisa dinikmati banyak lapisan masyarakat. Tak hanya kelompok ekonomi mapan.
“Kami tidak ingin seperti sekolah internasional lain yang menargetkan orang kaya. Bersama YAAI kami ingin membuat perubahan pada sistem pendidikan yang lebih luas,” ujarnya.
Ditambahkan, Kipina menggunakan pendekatan kurikulum Finlandia berdasarkan National Core Curriculum for Early Childhood Education and Care. Tentu saja dengan tambahan elemen yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia.
“Hal itu mencakup metodologi instruksi terfokus, keterampilan abad 21 dan keterampilan fungsi eksekutif bagi anak-anak,” ujar Kieran menandaskan. (Tri Wahyuni)