Srakarta – Banyak negara berkembang yang program Keluarga Berencana (KB) nya dewasa ini makin maju dan memasuki demensi baru. Yaitu pembangunan keluarga sejahtera yang bersifat komprehensif.
Demikian dikemukakan Pakar Pemberdayaan Keluarga Prof Dr Haryono Suyono, dalam paparannya pada acara Mid – Internasional Conference on Public Health 2018 (ICPH 2018) yang digelar oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, di Surakarta, Rabu (18/4/2018).
Di konferensi yang dipimpin Prof Dr Bhisma Murti tersebut, mantan Kepala BKKBN selama lebih tujuh belas tahun itu menyampaikan, pelayanan kontrasepsi meruapakan intervensi awal paling cepat sebagai dukungan terhadap pembangunan keluarga yang bersifat komprehensif. Seperti dinyatakan oleh MDGs atau SDGs melalui pembangunan kesehatan, pendidikan dan kewirausahaan,
Penggunaan kontrasepsi di banyak negara Asia yang berhasil, tidak lagi merupakan inovasi yang perlu dijelaskan dengan sistem klinik. Tapi, menjadi bagian dari warisan dan ajaran satu keluarga kepada keluarga turunannya.
Atau paling rendah bisa disampaikan kepada pasangan muda dengan sistem informasi modern lewat internet, WA, handphone sederhana atau sistem modern yang canggih. Sehingga, pasangan muda bisa ke dokter untuk mengecek apakah dirinya bisa dengan mudah dan aman memakai kontrasepsi pilihannya.
Diingatkan Haryono bahwa dalam Konperensi KB Internasional di Cairo 1994, dicatat tanda-tanda adanya banyak negara berkembang di Asia berhasil program KB-nya. Seperti Indonesia, Korea, Cina, Taiwan, Singapura dan Thailand. Terlihat, adanya bonus demografi yang segera disiapkan menjadi kekuatan pembangunan.
Negara dengan pemakaian kontrasepsi tinggi harus membekali keluarga dengan fasilitasi kesehatan yang baik, pendidikan dan ketrampilan tinggi, peran kaum perempuan yang memadai, serta kesempatan kerja dan usaha yang memberi penghasilan tinggi untuk membangun keluarga, memelihara lingkungan dan kekayaan alam bagi anak cucunya.
Presentasi Haryono itu melanjutkan uraian Prof Dr Adang Bachtiar dari FKM UI tentang kondisi dunia masa kini dan masa depan, serta Prof Dr. Sanjiv Kumar, Director Nastional Health System Reseurse Center, India mengenai manajemen program KB yang luas.
Apa yang dilaksanakan dengan berhasil di Indonesia adalah gerakan perubahan sosial ekonomi komprehensif, dilaksanakan bersama masyarakat luas berupa pemberdayaan keluarga secara bertahap. Dimulai dengan anjuran hidup keluarga yang sehat melalui penggunan kontrasepsi dan adopsi norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
Oleh karena itu, dianjurkan agar setiap keluarga segara meningkatkan kualitas hidup dengan pendidikan yang tinggi disertai dukungan kaum ulama, komitmen Presiden, pemerintah dan rakyat yang kuat. Melalui pendekatan komprehensif kemasyarakaan yang luas itu Presiden Soeharto mendapat penghargaan PBB berupa UN Population Awards pada tahun 1989.
Itulah sebabnya pada tahun 1990-an Indonesia menjadi sangat terkenal sebagai tempat studi banyak negara yang melihat pendekatan kemasyarakatannya menolong keluarga menjadi peserta KB, segera berbondong-bondong menyekolahkan anak-anaknya, kaum ibu menjadi pengusaha kecil, menengah dalam berbagai bidang yang tumbuh, seperti cendawan di musim hujan.
Sehingga, peserta KB, seperti diramalkan Konperensi Cairo, lebih suka menjadi relawan desa membangun keluarga, dalam bidang kesehatan, pendidikan dan wirausaha, suatu dinamika pembangunan yang terjadi di dunia serta menempatkan KB sebagai bagian pembangunan keluarga yang konprehensif. Gagasan ini manarik perhatian para peserta Konferensi Internasional di Solo dan semoga menjadi acuan untuk pembangunan keluarga di seluruh dunia. (***)