Oleh: H.M Ridwan Hisjam
Beberapa waktu belakangan ini Partai Golkar terus didera ketidak harmonisan sesama kader. Perpecahan organisasi sayap partai dan organisasi pendiri partai bahkan mewarnai perselisihan yang terjadi saat ini.
Tidak lain dan tidak bukan, ujung dari perpecahan itu adalah memperbutkan kekuasaan tertinggi di partai ataupun di organisasi sayap dan organisasi pendiri partai.
Kondisi ini sungguh ironis, mengingat Partai Golkar adalah partai tua mapan dan diisi oleh orang-orang cerdas, demokratis yang juga mencintai partainya.
Selain itu, kekeliriun paradigma partai menjadikan para kader sering bertindak semaunya tanpa terlebih dahulu melihat aturan yang telah ditetapkan partai. Kondisi seperti ini, menjadikan para kader mudah dipecah belah oleh pihak lain, dan itu terbukti berhasil.
Permasalahan internal yang selalu meruncing, tentunya itu akan merugikan partai secara keselurahan. Dampaknya adalah penurunan suara, hingga menghilangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai berlambang pohon beringin ini.
Bukan tidak mungkin, di tahun-tahun berikutnya prestasi Partai Golkar terus melorot dan terbuang dari parlemen. Ini yang harus disadari oleh para kader, khususnya kader-kader muda yang emosinya masih meledak-ledak saat berbeda pendapat dengan sesama kader.
Ini lampu kuning buat Partai Golkar, untuk segera memperbaiki permasalahan dan perselisihan internal partai sehingga tidak sampai terjadi perpecahan seperti beberapa waktu lalu ada Golkar hasil Munas Ancol dan Munas Bali.
Meluruskan Kekeliriuan Lama
Untuk menghindari konflik internal, hendaknya para kader Partai Golkar mengikuti paradigma baru partai yang berisi pokok-pokok doktrin, visi, misi, dan platform politik yang telah ditetapkan oleh partai.
Pembaruan ini juga dimaksudkan untuk meluruskan sejumlah kekeliruan lama, dan memasukan aspek pembaruan yang ditujukan melalui perubahan struktur dan kelembagaan, serta aspek kesinambungan yang mendoktrin kadernya untuk tetap berideologi Pancasila dan karya kekaryaan.
Peringatan lampu kuning buat Partai Golkar bukan sekadar isapan jempol belaka, sebab ini akan terjadi jika para kader hanya mementingkan egoisme pribadi atau kelompok saja.
Padahal, perkembangan zaman menuntut Partai Golkar terus melakukan inovasi baik dari sisi kebijakan, perlengkapan teknologi, maupun kaderisasi masyarakat milenial menjadi hal yang wajib dilakukan pengurus partai.
Peluncuran Buku
Dalam buku berjudul Reformasi Paradigma Baru Partai Golkar yang ditulis Ridwan Hisjam, terlihat betapa kecintaannya politisi senior itu terhadap partainya.
Dalam bukunya, dia terus mengajak para kader untuk terus membesarkan partai yang tentunya dengan cara-cara yang juga mengikuti perkebangan zaman.
Ridwan tidak mau, partai yang memayunginya sejak 1992 itu karam dimakan zaman atau hilang karena ulah kader-kadernya yang hanya memanfaatkan partai untuk kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga dengan gampangnya mereka mengobok-obok partai yang kemudian menghancurkannya.
Pada pemilu 2019 ini Partai Golkar menjadi partai pemenang ke dua setelah PDI Perjuangan. Tetapi bukan tidak mungkin ranking partai terus turun jika diisi oleh-orang-orang yang tidak mencintai partainya.
Dalam bukunya, Ridwan juga mengingatkan kepada para kader untuk hati-hati. Sebab, jika kita tidak berjuang dan tidak berkorban dengan hati tulus, maka di era milenial atau tahun 2024 mendatang, Partai Golkar bisa mengalami kehancuran.
Dengan demikian, Partai Golkar harus melakukan perubahan dengan cepat dari aspek manapun, dan harus mengikuti perkembangan zaman.
Contohnya, di bidang ekonomi yang bisa dilihat dengan kasat mata adalah tutupnya beberapa pusat perbelanjaan besar baik di Jakarta, ataupun di daerah. Banyaknya pedagang toko yang gulung tikar dan terpaksa harus menjual tokonya.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, masyarakat lebih memilih berbelanja lewat online. Ini yang disebut era revolusi industri, karena konsumen berubah gaya hidupnya dia sudah tidak mau datang lagi pusdat perbelanjaan.
Demikian juga dengan gaya hidup milenial saat ini, partai jangan sampai tidak sadar bahwa pemilihnya sudah berubah jadi sudah tidak lagi selalu ada kampanye besar untuk mempromosikan calon atau partai, atau kampanye orang dimobilisasi dikasih uang.
Cara-cara ini sudah kuno, dam efektivitasnya sudah menurun. Kini masyarakat/kader partai lebih memilih untuk mengetahui lebih jelas program Partai Golkar dan bagaimana tokoh tokoh Golkar berkarya untuk bangsa negara.
Untuk mengkapanyekan itu semua, mereka akan memakai media sosial, dan semuanya bisa dilakukan dengan sumber daya manusia yang relatif lebih sedikit dan pengeluaran biaya yang jauh lebih efisien jika kampanye dilakukan dengan cara seperti itu.
Penulis adalah, Ketua DPP Partai Golkar dan Wakil Ketua Komisi VII DPR