
JAKARTA (Suara Karya): Tokoh Ulama, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin mengatakan, larangan Presiden Joko Widodo bagi pejabat pemerintah untuk mengadakan buka puasa bersama seperti dalam edaran Mensekab Pramono Anung selain tidak arif dan tidak adil, namun juga melanggar ucapan dan perbuatannya sendiri.
“Tidak arif karena terkesan tidak memahami makna dan hikmah Buka Puasa Bersama antara lain untuk meningkatkan silaturahim yang justeru positif bagi peningkatan kerja dan kinerja Aparatur Sipil Negara,” kata Din Syamsuddin melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis (23/4/2023).
Kenapa tidak adil, jelasnya karena nyata alasannya mengada-ada, yaitu masih adanya bahaya Covid-19.
“Bukankah Presiden sendiri melanggar ucapannya sendiri dengan mengadakan acara pernikahan putranya yg mewah dan mengundang kerumunan? Begitu juga bukankah Presiden terakhir ini sering berada di tengah kerumunan? Janganlah ucap dan laku berbeda, karena menurut Al-Qur’an ‘suatu kehinaan besar di sisi Allah bagi seseorang yg hanya mengatakan apa yang tidak dikerjakannya’,” papar Din yang juga Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah/ Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI.
Selain itu kata Din, kebijakan yg tidak bijak itu dimunculkan secara terbuka di tengah umat Islam mulai menjalankan ibadah-ibadah Ramadhan yang antara lain mengadakan Buka Puasa Bersama (Iftar Jama’i).
Menurut dia, jika nanti para pejabat/tokoh pemerintahan tidak mengadakan buka puasa bersama dapat kita catat bahwa rejim ini meniadakan tradisi ramadhan yg baik yang sudah berjalan baik sejak dulu.
“Kepada umat Islam, bagi yang mampu, teruskan adakan buka puasa bersama, jangan taati perintah pemimpin yang bermaksiat kepada Allah SWT,” tandasnya.
Sembari mengucapkan selamat menunaikan ibadah-ibadah Ramadhan dengan harapan meraih ketakwaan, Din mengingatkan bahwa memberi makan orang yang berpuasa akan mendapat pahala yang sama.
“Camkan Hadits Nabi Muhammad Saw, seseorang yang memberi makan orang yang berpuasa akan mendapat pahala setimpal pahala orang yang berpuasa itu,” kata Din Syamsuddin. (Dra)