JAKARTA (Suara Karya): Jelang Pemilu 2024, berbagai macam berita hoaks kembali bermunculan di ruang digital. Untuk itu, masyarakat harus cerdas dalam meredam hoaks politik dengan mengenali 10 tahap kompetensi literasi digital.
Hal itu dikemukakan Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Publik Kota Langsa, Boto Pranajaya dalam seminar literasi digital bertema ‘Tangkal Hoaks Jelang Pemilu’, di Kota Langsa, Aceh, Minggu (21/1/24).
Boto menyebutkan, 10 kompetensi itu adalah mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisa, memverifikasi, mengevaluasi, mendistribusikan, memproduksi, berpartisipasi dan terakhir berkolaborasi.
“Kompetensi itu mengajarkan 10 langkah yang bisa dilakukan masyarakat untuk mendapat informasi dan berita yang benar,” ujarnya.
Dalam mengakses portal media daring, lanjut Boto, masyarakat perlu memperhatikan apakah portal yang diakses adalah portal resmi. Berikutnya, menyeleksi atas rangkaian informasi politik yang ada di media agar tidak terjebak berita hoaks.
“Masyarakat perlu selektif dalam menerima informasi. Apalagi jika info tersebut menyertakan data, sebaiknya masyarakat melakukan pengecekan atau penelusuran data dari sumber aslinya,” kata Boto.
Masyarakat juga perlu memahami, sistem kerja hoaks politik yang berlaku sebagaimana pepatah ‘bad news is good news’. Untuk itu, pentingnya menerapkan asas praduga tak bersalah.
“Dengan asas itu, masyarakat akan dipandu dan diarahkan pada sikap atau tindakan cermat dan kritis atau mungkin menumbuhkan posisi netral (aposisi) sehingga tidak terperangkap sebagai korban dan/atau pencipta hoaks,” ujarnya.
Masyarakat juga perlu melakukan analisa. Hoaks politik biasanya bercirikan penggunaan kata atau kalimat yang cenderung hiperbolis dan sensasional. Dengan bersikap kritis, masyarakat tidak akan mudah terprovokasi dengan aliran pesan tersebut.
Yang tak kalah penting, Boto menyebut upaya verifikasi. Proses verifikasi informasi politik jelang Pemilu 2024 berfokus pada konfirmasi silang dengan informasi yang relevan didapat dari sumber lain.
“Contohnya, jika mendapat informasi soal keburukan salah satu Capres di media sosial, pastikan melakukan verifikasi lewat informasi sejenis dari berbagai sumber informasi terpercaya,” katanya.
Lima tahapan lainnya dijelaskan pegiat media sosial, Musliadi. Tahap berikutnya adalah evaluasi. Meski yakin berita yang diperoleh akurat, namun penting bagi masyarakat untuk menahan keinginan untuk berbagi informasi kepada pengguna media sosial lainnya.
“Alasannya, karena tidak semua informasi yang akurat akan bermanfaat bagi orang lain,” ucapnya.
Tahap selanjutnya adalah distribusi. Bertindak cerdas dalam bermedia sosial ditunjukkan lewat kemampuan dalam mendistribusikan informasi.
“Masyarakat boleh mendukung Capres tertentu. Namun kecerdasan dan kehati-hatian harus ditunjukkan kepada pihak lain. Karena apa pun yang terpublikasi di media sosial akan terdokumentasi dan berdampak di masa depan,” tutur Musliadi.
Pada tahap produksi, Musliadi meminta pembaca untuk cerdas. Dalam pertarungan informasi politik yang ada saat ini, masyarakat juga dituntut untuk bisa membuat konten informasi untuk melawan informasi hoaks politik yang beredar di dunia digital.
Pada tahap partisipasi, masyarakat harus mampu menjadi bagian dari pemberantasan hoaks. Ikut menyampaikan pengetahuan kritis tentang bahaya hoaks politik kepada orang lain.
“Kalian juga bisa menyampaikan pengetahuan berdasarkan fakta riil tentang kondisi riil untuk melawan hoaks politik,” katanya.
Terakhir adalah taha kolaborasi, Hoaks politik akan semakin sulit dilawan jika tidak ada tindakan kolektif untuk bersama-sama bergerak menghentikan penyebarannya.
“Tindakan kolektif tentu saja bermula dari partisipasi aktif setiap individu untuk tidak meneruskan pesan hoaks politik dan ikut melaporkannya,” pungkasnya.
Menciptakan ruang digital yang sehat dalam pelaksanaan Pemilu 2024 mendorong Kementerian Kominfo untuk menghadirkan Agenda Pemilu Damai 2024. Hal itu bertujuan mewujudkan Pemilu yang damai, bermartabat dan berkualitas.
“Pemilu damai menjadi tolak ukur kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Masyarakat diharapkan mampu membangun semangat untuk menciptakan ruang digital yang supportif dalam mewujudkan Pemilu Damai 2024,” katanya menandaskan.
Kegiatan seminar Literasi Digital dengan tema Tangkal Hoaks Jelang Pemilu merupakan salah satu rangkaian kegiatan Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) 2024. Acara dihadiri sekitar 200 peserta secara luring di Kota Langsa. (Tri Wahyuni)