Suara Karya

Libatkan KPK, Pemilihan Rektor UNJ Diikuti 8 Balon

JAKARTA (Suara Karya): Pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) akan diikuti delapan bakal calon (balon) rektor. Kedelapan balon tersebut tengah menjalani adu visi-misi dalam sesi dialog interaktif yang digelar di kampus UNJ Rawamangun Jakarta, Kamis (15/8/2019).

Dialog tersebut menjadi bagian dari upaya Senat UNJ bersama seluruh warga kampus untuk mendapatkan calon rektor terbaik yang akan memimpin UNJ pada periode 2019-2023. Ke-8 bakal calon rektor tersebut merupakan hasil seleksi panitia pilrek UNJ yang dilakukan pada 2-10 Agustus 2019.

Dialog interaktif dihadiri Pelaksana tugas (Plt) Rektor UNJ Prof Intan Ahmad, Ketua Panitia Seleksi Rektor UNJ Prof Dr Bedjo Suyanto, Ketua Senat Guru Besar UNJ Prof Dr Hafid Abbas, sejumlah mantan rektor UNJ, jajaran pimpinan UNJ serta dosen dan mahasiswa.

Kedelapan balon Rektor UNJ adalah Dr Komarudin, Prof Dr Endry Boeriswati, Prof Paulina Pannen, Prof Dr H Muh Nur Sadik, Prof Dr Agus Setyo Budi, Dr Sofiah Hartati, Prof Dr Ir Ivan Hanafi dan Dr Awaluddin Tjalla.

Ketua Senat Guru Besar UNJ, Hafid Abbas menitipkan harapan kepada setiap balon untuk memperhatikan arah prioritas kepemimpinan UNJ pada beberapa aspek. Disebutkan, antara lain, menyusun strategi peningkatkan reputasi akademik UNJ.

“Salah satu indikatornya berupa peningkatan jumlah program studi terakreditasi sangat baik di tingkat nasional dan ASEAN. Selain itu, menjadikan UNJ sebagai pusat unggulan dan rujukan standar di bidang kependidikan tingkat nasional,” ujar Hafid Abbas.

Ditambahkan, calon rektor juga harus dapat meningkatkan reputasi lulusan yang berjiwa entrepreneur dan mampu berkarya secara profesional, meningkatkan suasana kampus yang kondusif bagi pelaksanaan kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi, terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan terpenuhi fasiltas pembelajaran dan penelitian.

“Dan yang tak kalah penting adalah meningkatkan kerja sama internasional dengan mendatangkan mahasiswa asing, pengiriman dosen keluar negeri dan mendatangkan dosen tamu dari universitas bereputasi dari luar negeri,” ucapnya.

Hafid menilai seluruh tahapan dan proses pemilihan calon rektor harus berlangsung secara transparan, demokratis, terbebas dari politik transaksional dalam bentuk apapun. Salah satu upaya yang dilakukan agar pilrek terbebas dari politik uang adalah bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Balon rektor, Awaluddin Tjalla dalam visi dan misinya menyebut dua kunci penting yang harus dimiliki UNJ ke depan, yakni berkarakter dan berdaya saing. Kemampuan UNJ bersaing di kawasan Asia harus ditingkatkan. Terlebih, misi pemerintah ke depan berhubungan dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM).

“Mengapa, daya saing sangat penting sekali, karena kita berada di ibu kota. Kemudian perspektif ke depan hubungannya dengan SDM,” kata Awaluddin, yang menekankan lima misi yakni kepemimpinan, pengembangan SDM, kurikulum dan pembelajaran, kolaborasi, dan sarana dan pra sarana.

Senada dengan Awaluddin, balon rektor Komaruddin berjanji akan fokus pada lima program dan satu visi, guna membangun UNJ yang bereputasi di Asia. Dia bahkan menargetkan UNJ naik ke peringkat 15 dalam ranking perguruan tinggi negeri (PTN) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti).

Lebih lanjut, balon rektor Ivan Hanavi menyebut sudah saatnya UNJ dikelola secara sistemik, adaptif.dan inovatif. Untuk mencapai hal itu, ia menyebut UNJ harus menjadikan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai acuan.

Dia juga menegaskan agar UNJ kembali ke khittah sebagai kampus lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), yang berfungsi menghasilkan calon pendidik bermutu.

Pernyataan berbeda disampaikan Paulina Pannen. Untuk mencapai reputasi di Asia, perlu pembenahan ke dalam yaitu transformasi budaya akademik, peningkatan kualitas akademik, good university governance, produktif, dan inovatif.

Sedangkan pembenahan keluar, lanjut Paulina, kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi dalam negeri maupun luar negeri, benchmark, dan masuk ke dalam jejaring global. Dengan demikian, kualitas UNJ ikut meningkat.

Paulina optimistis UNJ bisa melangkah maju. Apalagi PTN tersebut merupakan LPTK yang unggul dan memiliki aset intelektual yang dapat berinovasi dan berkontribusi terhadap masalah pendidikan.

Sementara itu, Endry Boeriswati, Guru Besar Fakultas Bahasa dan Sastra UNJ siap menjadikan UNJ sebagai kampus bereputasi internasional dan pengembangan laboratorium sebagai sarana penunjang. (Tri Wahyuni)

Related posts