JAKARTA (Suara Karya): Lembaga Sensor Film (LSF) akan memperluas kerja sama sosialisasikan Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri (Gernas BSM) hingga jenjang sekolah menengah atas (SMA).
Hal itu merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka) bertajuk ‘Persepsi Pelajar Jabodetabek tentang Kriteria Penyensoran Konten Media dan Budaya Sensor Mandiri’ pada 2022. Ditemukan, 31,3 persen responden tak peduli soal klasifikasi usia saat menonton tayangan.
“Itu artinya Gernas BSM juga harus masuk ke dunia persekolahan. Apalagi tayangan itu ditonton lewat media sosial dan saluran digital berbayar yang tidak ada sensornya, seperti bioskop atau televisi. Sementara orangtua tidak mengawasi tontonan anaknya,” kata Ketua LSF, Rommy Fibri Hardiyanto, di Jakarta, Selasa (20/12/22).
Hadir dalam kesempatan yang sama, aktris yang juga anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Desi Ratnasari.
Rommy menambahkan, target responden sebanyak 560 orang, yang terdiri dari pelajar SD, SMP, SMA, dan SMK di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Responden mewakili 14 wilayah administrasi di wilayah Jabodetabek.
“Penelitian bersifat survei evaluatif untuk mengetahui keefektivitasan program yang dilakukan. Karena itu, kita butuh pengukuran tingkat pemahaman,” ucap Rommy.
Upaya percepatan literasi Gernas dalam dua tahun terakhir ini dilakukan lewat sejumlah kerja sama dengan para pihak. Pada awal program diterapkan, kerja sama dilakukan dengan 20 perguruan tinggi negeri (PTN) dan 21 PTS, serta lembaga terkait.
“Kini, sosialisasi Gernas BSM dilakukan bersama sejumlah perguruan tinggi, pemerintah daerah, organisasi/asosiasi profesi serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN),” ujarnya.
Lewat partisipasi aktif banyak pihak, Rommy berharap hal itu bisa berpengaruh terhadap keberhasilan program yang dikembangkan sejak 2021 itu.
Hadir dalam penandatangan kerja sama, antara lain, Badan Perfilman Indonesia (BFI), Perusahaan Film Negara (PFN), Pemprov Bangka Belitung, Universitas Ibn Khaldun Bogor, Universitas Pancasila, Universitas Negeri Gorontalo, Universitas Sam Ratulangi Manado, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh, dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI).
Kerja sama dilakukan dalam bidang regulasi dan kebijakan tentang perfilman dan Gernas BSM; advokasi, pemantauan, dan sosialisasi tentang perfilman dan Program Gerakan BSM; dan penelitian dan pertukaran informasi terkait perfilman dan Program Gerakan BSM.
Selain kegiatan pengabdian masyarakat di daerah untuk pelaksanaan program Gerakan Nasional BSM; memperluas jejaring dan kemitraan di bidang perfilman dan program Gerakan Nasional BSM.
“Kolaborasi dengan perguruan tinggi akan disinergikan dengan aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi, guna mendukung Gerakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Salah satu tim peneliti dari Uhamka, Khoerul Umam berharap, penelitian tersebut dapat menjadi salah satu solusi perlindungan bagi perkembangan mental dan karakter anak di tengah gempuran tontonan media digital.
“Hasil penelitian menunjukkan, Budaya Sensor Mandiri akan lebih bermanfaat jika berbasis pendidikan karakter, dengan memperhatikan konsep dari Lickona dalam muatan pendidikan karakter. Muatan itu adalah ‘Knowing the good, Feeling the good’ dan ‘Doing the good’.
Ketiga hal itu, menurut Khoerul Umam akan mampu mewujudkan perilaku yang mengakar atau pembiasaan menuju karakter. “Masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengenalo Budaya Sensor Mandiri, sehingga bisa memilih dan memilah film sebagai tontonam,” katanya menegaskan. (Tri Wahyuni)