Suara Karya

Lulusan MA ke PTKIN Masih Minim, 44 Persen Justru Datang dari SMA!

JAKARTA (Suara Karya): Minat lulusan Madrasah Aliyah (MA) masuk ke perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri (PTKIN) hingga kin masih terbilang minim. Padahal, Kementerian Agama sudah mengeluarkan dana yang besar untuk pengelolaan MAN, terutama pada MAN IC.

“Ini sungguh ironi. Lulusan madrasah aliyah unggulan malah tidak minat kuliah di PTKIN,” kata Direktur Pendidikan Tinggi Kegamaan Islam (Diktis), Prof H Amin Suyitno disela Rapat Kerja Diktis bertema “Sinergisitas PTKIN dan Kanwil Kemenag dalam Membangun Pendidikan Islam Integratif dan Kompetitif di Surabaya, Selasa (8/3/22).

Raker tersebut dihadiri seluruh rektor PTKIN dan 23 Kakanwil Kemenag.

Disebutkan, minat lulusan MA ke PTKIN sekitar 46 persen, sedangkan dari SMA sebesar 44 persen. “Hanya terpaut 2 persen saja. Itu artinya, minat lulusan MA ke PTKIN tidak terlalu signifikan, jika dibandingkan dengan jumlah MA di Tanah Air,” tutur Guru Besar UIN Raden Patah Palembang tersebut.

Prof Suyitno mengungkapkan beberapa alasan minimnya minat alumni MA terhadap PTKIN. Salah satunya, karena PTKIN tidak memberi ‘golden ticket’. Selain itu, kemungkinan kanwil Kemenag tidak proaktif dalam memberi diseminasi.

“Tentu kita berkepentingan, bagaimana alumni madrasah aliyah yang excellent itu bisa menjadi mahasiswa PTKIN, agar prestasi mereka berkesinambungan,” ucap Prof Suyitno menegaskan.

Untuk itu, Raker Diktis menekankan pentingnya kolaborasi antara PTKIN dan Kanwil Kementerian Agama. Hal itu guna membangun pendidikan Islam yang integratif dan kompetitif.

Selain juga terbangun komunikasi yang masif antara Rektor/Ketua PTKIN dan Kepala Kanwil Kemenag dalam menjaring siswa-siswi berprestasi dari Lembaga Pendidikan dibawah Kementerian Agama.

Sekretaris Jenderal Kementerian Agama, Prof Nizar Ali menuturkan, prestasi siswa-siswi di lingkungan Kementerian Agama tak jarang melampaui prestasi siswa-siswi sekolah umum. Namun, potensi itu belum terserap secara maksimal oleh PTKIN di seluruh Indonesia.

“Kalau kita lihat 1.000 top ranking sekolah berdasarkan ujian tulis berbasis komputer, MAN Insan Cendekia itu nomor satu. Itu artinya, MAN kita itu luar biasa. Tetapi talenta itu tidak ditangkap para rektor,” ujarnya.

Prof Nizar Ali berharap melalui Raker Diktis tercipta komunikasi yang erat antara rektor dengan kakanwil. Sehingga lulusan madrasah mendapat afirmasi masuk ke PTKIN.

“Lewat sinergisitas ini, PTKIN akan dapat talenta-talenta unggul dari madrasah. Untuk itu, kedua belah pihak, baik rektor maupun kakanwil harus proaktif guna mewujudkan harapan tersebut,” ujarnya.

Dirjen Pendidikan Islam, Prof Ali Ramdhani menuturkan, sinergitas antara kanwil dengan PTKIN tak lepas dari program unggulan yang disampaikan Menteri Agama. Diharapkan sinergitas dapat meningkatkan capaian program-program unggulan tersebut.

“Yang tak kalah penting dari kolaborasi ini adalah partisipatif, dimana ego-ego sektoral harus dilebur. Karena inti dari semua ini adalah cita-cita kita memberi layanan terbaik untuk umat, sesuai tagline yang diusung saat ini,” ucap Prof Ali Ramdhani. (Tri Wahyuni)

Related posts