
JAKARTA (Suara Karya): Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC mengundang tiga mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah pascasarjana di Amerika Serikat untuk memaparkan hasil risetnya tentang pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics).
“Pendidikan STEM diharapkan memperkuat daya saing bangsa, serta menggerakkan perekonomian Indonesia, baik di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional,” kata Duta Besar RI untuk Amerika Serikat, Rosan P. Roeslani saat membuka serial webinar ‘Bincang Karya’ (Bianka) secara daring, Selasa (12/4/22).
Webinar dipimpin oleh Irwandi selaku Ketua Pusat Penelitian STEM, Universitas Syiah Kuala. Ia membahas beragam pusat riset dan penelitian yang dikerjakan tiga mahasiswa dari perguruan tinggi di Amerika Serikat.
“Webinar terselenggara berkat dukungan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Kementerian Keuangan dan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI),” ujar Irwandi.
Tiga mahasiswa yang menjadi narasumber dalam webinar adalah Angga Hidayat, mahasiswa program doktor bidang Pendidikan STEM di The Ohio State University dan Daniel Williams Fointuna, mahasiswa Program Master bidang Pendidikan STEM di The University of Texas at Austin.
Selain itu ada Mohamad Djodi Hardi Prajuri, mahasiswa ‘Program Master of Science in Education-Teaching, Learning, and Leadership’ di University of Pennsylvania.
Angga memaparkan risetnya yang fokus pada penggunaan teknologi pendidikan di kelas Matematika dengan tema ‘Digital Math Storytelling’. Riset itu membantu siswa imigran, termasuk dari Indonesia guna beradaptasi dengan budaya belajar yang berbeda. Diharapkan mereka mampu menyerap informasi yang sama dengan warga lokal.
Sementara itu, Daniel Williams Fointuna mempresentasikan rencana risetnya tentang pengintegrasian ‘Culturally Responsive Teaching’ (CRT) atau Etnomatematika untuk meningkatkan kemampuan literasi matematika siswa sekolah menengah.
“Instruksi pendidikan STEM yang efektif dapat meningkatkan literasi matematika siswa. Model CRT dirasakan tepat karena Indonesia terdiri dari banyak budaya, suku, ras, status sosial dan ekonomi,” ujar Daniel.
Mohamad Djodi Hardi Prajuri membahas risetnya tentang startup di bidang pendidikan. “Ide ‘venture’ ini berupa online academy yang mencetak para profesional dengan kemampuan LXD (Learning Experience Design),” tutur Djodi.
Hadir tiga narasumber lain yang menjadi wakil perguruan tinggi dari ketiga mahasiswa Indonesia tersebut, yaitu
Theodore Chao yang menjabat sebagai ‘STEM Education Coordinator’ dari The Ohio State University. Selain itu, ada
Jill Marshall sebagai Co-Director of the UTeach Natural Sciences Teacher Certification Program dari The University of Texas at Austin.
Ketiga adalah Jason Cronk yany menjabat sebagai Sr Associate Director of Admissions & Financial Aid Graduate School of Education dari The University of Pennsylvania.
Direktur Investasi LPDP Mohammad Oriza pada kesempatan yang sama mengemukakan, pendidikan merupakan salah satu elemen penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. “Itulah alasan kami terus berkomitmen memberi beasiswa bagi warga Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington DC, Popy Rufaidah mengatakan, webinar dibuat untuk meningkatkan jumlah mahasiswa Indonesia yang akan studi ke Amerika. Sehingga terbuka peluang kerja sama riset dan pendidikan antara para peneliti di Amerika dan Indonesia.
Sebagai informasi, rekaman siaran langsung webinar Bincang Karya (BIANKA) Seri-30 Bidang Pendidikan STEM dapat diakses di laman resmi Facebook Atdikbud USA dengan tautan https://bit.ly/fb-watch-bianka30. (Tri Wahyuni)