Mantan Pentolan Mahasiswa Unair Jadi Sesper di BUMN Pangan

0
Sekretaris Peusahaan Perum Bulog, Awaludin Iqbal.

Awaludin Iqbal, sampai saat ini masih dipercaya jajaran direksi Perum Bulog untuk tetap duduk sebagai sekretaris perusahaan. Keluwesan dan ketegasan Iqbal dalam menyikapi masalah internal dan eksternal perusahaan, menjadikan pria kelahiran Lamongan, Jawa Timur pada 06 Mei 1969 mantap tak tergantikan hingga saat ini.

Sejak dilantik sebagai sekretaris perusahaan (Sesper) pada 10 Juni 2019, Mantan Ketua Senat Universitas Airlangga (Unair) ini menyatakan bahwa menjadi pejabat di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus banyak pertimbangan dalam bersikap. Iqbal tidak bisa membawa karakter mahasiswa yang main “tembak” saat sedang menghadapi masalah.

Tentunya ini bukan tugas ringan, Iqbal harus menjadi jembatan penghubung bagi jajaran direksi kepada pemerintah, DPR serta stakeholder yang terkait dengan perusahaan.

Namun demikian kata Iqbal, banyak ilmu serta kawan yang didapat saat menjadi Senat mahasiswa dan bisa diterapkan di Bulog. Contohnya, banyak politisi di DPR yang juga merupakan mantan pentolan-pentolan kampus. Kondisi ini tentunya mempermudah Iqbal dalam menjaga komunikasi eksternal perusahaan.

Meskipun banyak mempunyai kawan aktivis yang sudah menjadi petinggi, baik di DPR maupun pemerintahan, Iqbal tidak pernah mau mengambil jalan pintas untuk mempercepat karir di perusahaan pelat merah tersebut. Karena dia berpendapat, apapun yang di raih dengan cara instan biasannya hasilnya juga tidak baik.

“Saya selalu mengikuti proses. Jadi jangan pernah kita berada di atas dengan menginjak pundak orang lain, itu sangat menyakitkan,” kata Iqbal di Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Dia bercerita, memulai karir sebagai staf di Depot Logistik Bulog, Jawa Timur pada 1997. Kerja yang baik, memang tidak pernah membohongi hasil. Karir Iqbal perlahan naik dan terus meroket.

Pada 1 April 1999, dia dipercaya menjabat sebagai Kepala Hubungan Masyarakat Dolog, Jawa Timur. Komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, dan bisa membangun citra Dolog, Jawa Timur, perusahaan mempercayakan jabatan baru pada Iqbal. Pada 1 Mei 2005, dia menjabat Wakil Kepala Subdevisi Regional Wilayah IV Divre Jawa Timur.

Pengalaman panjang di daerah-lah yang membawa Iqbal akhirnya berlabuh di kantor pusat Perum Bulog, menjabat sebagai Kepala Devisi Organisasi Direktorat SDM dan Umum pada 3 Januari 2019, dan saat ini sebagai Sekretaris Perusahaan.

Salah satu target Iqbal adalah, menjadikan citra Bulog baik di mata masyarakat. Caranya dengan terus memperkenalkan produk-produk beras unggulan Bulog, baik dari beras medium maupun premium.

Menurut suami dari Naimah Suryaningsih, memang tidak mudah untuk menghapus citra buruk, dan telah melekat dipikiran masyarakat sejak lama. Beras milik Bulog yang mereka anggap berkutu, bau, dan berjamur harus segera dihilangkan, caranya dengan terus melakukan sosialisasi secara berkelanjutan dengan memperkenalkan dan meyakinkan kepada masyarakat bahwa beras Bulog saat ini, sudah sangat layak konsumsi.

Bulog-pun telah mengeluarkan 50 merek dagang tanpa ada embel-embel perusahaan di dalam kemasan, seperti beras Fortivit, beras Kita, dan merek-merek lainnya.

Sebagai perusahaan BUMN, yang salah satu tugasnya adalah sebagai stabilitator harga pangan, Bulog sangat sadar akan perannya dalam penyediaan pangan pokok dengan harga murah. Maka tugas penting dari pemerintah itu, terus dijunjung Bulog selain melakukan bisnis komersial untuk tetap menjadikan perusahaan itu bisa tetap eksis.

Ayah dari M Zaufan Audan dan M Zulfan Akbar mengatakan, sebagai stabilitator pangan pokok, Perum Bulog tidak pernah luput dari pemberitaan media. Pemberitaan berkonten positif, dan negatif, setiap harinya selalu menghiasi klipingan media yang dikumpulkan Bulog dari berbagai media massa.

Contoh pemberitaan yang paling hangat dan menghiasi media massa, bahkan media sosial beberapa waktu belakangan ini adalah, Bulog terancam bangkrut. Utang Bank yang menggunung dan penyaluran beras yang mandek menjadi salah satu penyebab terus menumpuknya utang.

Lagi-lagi pemberitaan ini, tetap harus dikomunikasikan dengan baik oleh Iqbal kepada para Jurnalis. Hal tersebut, agar tidak ada salah tafsir, sehingga pemberitaan di media massa menjadi bola liar yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Hubungan Iqbal kepada wartawan nampaknya bukan hanya sebatas pekerjaan semata. Untuk lebih mempererat, dia sering mengajak teman-teman mengobrol santai, di luar tugas jurnalistik. Bentuk pertemanan dengan teman-teman jurnalis, menurut Iqbal jauh lebih mencair dibandingkan saat bertemu harus terus membicarakan pekerjaan. (Bayu Legianto)