
JAKARTA (Suara Karya): Program Matching Fund Kedaireka tak hanya mengurus hilirisasi inovasi yang dilakukan insan perguruan tinggi, tetapi juga huluisasi masalah di dunia nyata untuk dicarikan solusinya.
Hal itu ditegaskan Ahli Matching Fund Kedaireka, Tjan Basaruddin dalam Diskusi Hasil Inovasi Terbaik Pendanaan Matching Fund, Minggu (13/8/23).
Diskusi tersebut bagian dari kegiatan Pameran Hakteknas 2023 yang digelar di Plaza Tenggara, Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, pada 11-13 Agustus 2023.
Tjan menambahkan, problem riil di dunia nyata, dunia industri, bisnis maupun pemerintah itu dibawa ke substansi akademik untuk dijadikan suatu ‘scientific knowledge’. Sehingga inovasi yang dilakukan diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah yang terjadi.
“Karena itu, pendanaan riset dan inovasi dibagi bersama pemerintah dengan pihak bisnis, industri, maupun pemerintahan. Hasilnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama,” ujarnya.
Sebagai informasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) menjalankan program Matching Fund untuk mengakselerasi riset dan inovasi perguruan tinggi. Pendanaan dengan model pemadanaan.
Dana yang dikeluarkan industri untuk riset akan diberikan sama besarnya oleh Kemdikbudristek melalui platform Kedaireka.
Pada 2021, Matching Fund telah mendanai 427 proposal kolaborasi antara insan perguruan tinggi dan industri. Lalu, pada 2022, jumlah proposal yang didanai meningkat menjadi 1.093 proposal.
Program Matching Fund-Kedaireka dibuat untuk mendukung transformasi ekonomi Indonesia berbasis inovasi. Pendanaan diberikan dengan menyasar 5 bidang fokus riset yaitu ekonomi hijau, ekonomi biru, ekonomi digital, penguatan pariwisata, dan kemandirian kesehatan.
Program Matching Fund-Kedaireka telah berkontribusi dalam mempercepat proses hilirisasi hasil riset dan inovasi insan perguruan tinggi ke dunia industri. Seperti dilakukan Dwi Rahmalina dari Fakultas Teknik Universitas Pancasila.
Ia menyatakan program Matching Fund memberi kesempatan pendanaan atas produk inovasinya berupa prototipe kursi roda bagi penyandang disabilitas. Ia berhasil mewujudkan produk inovasi berkat kolaborasi dengan mitra-mitra terkait.
“Produk ini untuk anak penyandang disabilitas agar bisa melakukan mobilitas kesehariannya. Lewat kolaborasi, kami membuat perancangan konsep produk di perusahaan mitra,” ucap Dwi.
Berkat pendanaan Matching Fund yang kembali didapat timnya tahub ini, Dwi bersama tim akan meningkatkan kesiapan produk agar segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas.
“Tahun lalu, target kami prototipe beta dengan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 7. Tahun ini ditingkatkan menjadi 8 dan 9, lalu siap produksi. Kami melengkapi lini produksi di PT MAK,” ucap Dwi.
Hal senada diungkapkan Johny Wahyuadi dari Universitas Indonesia. Hasil risetnya, Silika Sekam Padi berhasil mendapat pendanaan Matching Fund pada 2022.
Sebagai informasi, materi silika yang digunakan dalam berbagai macam barang selama ini masih menggunakan silika hasil impor, terutama pada produk kosmetik. Karena itu, Johny ingin mengolah sekam padi dengan mengekstrak kandungan silika didalamnya untuk produksi kosmetik.
“Saya coba mengembangkan bahan baku silika yang sesuai standar industri kosmetik. Berkat Matching Fund, kita bisa lanjut penelitian agar bisa menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Pada kesempatan lain, Aulia Arif Iskandar dari Universitas Swiss German juga menyampaikan, produk Matching Fund mendukung produk inovasinya berupa alat pendeteksi dini kelainan jantung bernama Dugdug Mini EKG Wearable.
“Sekarang kami sedang mencari mitra untuk membuat kemasan berstandar agar alat tersebut bisa dipasarkan ke masyarakat luas,” kata Aulia seraya menambahkan dana tahun ini khusus untuk pembuatan kemasan produk.
Di bidang kemandirian kesehatan, Matching Fund digunakan untuk pengembangan vaksin flu burung oleh Prof Amin Soebandrio dari Universitas Indonesia.
Sedangkan Ali Nur Maghribi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ikut merasakan manfaat dari Matching Fund-Kedaireka atas inovasi perangkat monitoring pasien cerdas miliknya. Produk tersebut dalam proses hilirisasi dengan mitra industri. (Tri Wahyuni)