JAKARTA (Suara Karya): Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 yang diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) berhasil mencetak sejarah dengan mempertemukan 4 Kesultanan Maluku Kie Raha, yaitu Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan.
Pertemuan dilakukan saat jamuan makan malam di atas geladak KRI Dewaruci yang bersandar di Pelabuhan Trikora, Tidore, pada Jumat (17/6/22).
Di atas geladak kapal, empat kesultanan membahas pemajuan kebudayaan Maluku Kie Raha sebagai kepulauan rempah-rempah. Upaya itu diharapkan jadi percontohan daerah-daerah di provinsi lain.
Selain 4 kesultanan Maluku Kie Raha, jamuan itu juga dihadiri Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek Hilmar Farid; Direktur Pemanfaatan dan Kebudayaan Restu Gunawan; Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru Ahmad Mahendra; serta pejabat setempat.
Sultan Ternate menegaskan, pertemuan 4 kesultanan ini merupakan peristiwa bersejarah. “Kehadiran kami di geladak KRI Dewaruci merupakan pengulangan peristiwa 500 tahun lalu, saat nenek moyang kami naik ke kapal Galleon Belanda,” kata Hidayatullah Sjah.
Pada 1322, bangsa Ternate membangun peradaban, dan memperluas dengan membangun pemerintahan yang lebih lengkap lewat konfederasi yang disebut Moluku Kie Raha. Konfederasi itu menggabungkan tiga saudara menjadi satu di dalam Konferensi Moti.
Hal senada juga dikatakan Perdana Menteri Sultan Bacan, Mochdar Salim Arief. Ia mengatakan, pertemuan 4 sultan di atas KRI Dewaruci juga menjadi bagian dari sejarah perjalanan rempah. “Perjalanan rempah melewati beberapa pulau yang meliputi berbagai suku. Pertemuan menjadi diplomasi, lalu muncul tata krama,” kata Mochdar Salim Arief.
Sultan Jailolo, Ahmad Sjah mengapresiasi agenda Muhibah Budaya Jalur Rempah ini. Karena kegiatan itu telah mempertemukan 4 sultan. “Ini jarang terjadi, empat kerajaan bisa duduk bersama,” ucap Jou Mayor Kesultanan Tidore, Iskandar S. Alting.
Hilmar Farid mengapresiasi agenda pertemuan para raja yang dihelat di lokasi bersejarah penghasil rempah. Upaya yang sedang dilakukan pemerintah pusat juga perlu dibantu setiap elemen masyarakat, termasuk empat kerajaan ini.
“Upaya pelestarian budaya adalah tugas bersama. Pemerintah pusat tidak bisa jalan sendiri,” ujarnya.
Sedikit informasi, Maluku Kie Raha adalah istilah untuk menyebut 4 kerajaan di Maluku pada zaman bahari yang sangat berpengaruh secara politis dan ketatanegaraan, yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan yang merupakan titik penting dalam jalur pelayaran rempah.
Saat ini, pemerintah sedang menyusun naskah untul mengajukan jalur rempah sebagai Warisan Budaya Dunia yang diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 2024 mendatang.
Jalur rempah ini bukan hanya kenangan terhadap masa lalu, tetapi juga memiliki arti penting untuk mengaktualisasikan jalur rempah di masa sekarang.
Muhibah Budaya Jalur Rempah dimulai 1 Juni 2022 hingga 2 Juli 2022 dengan menggunakan kapal legendaris KRI Dewaruci milik TNI AL. Kegiatan itu menyusuri 6 titik jalur rempah yakni Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Neira, Kupang. Dari Kupang, KRI Dewaruci akan kembali ke Surabaya. (Tri Wahyuni)