Melahirkan Sebaiknya Dibawah 35 Tahun Demi Jantung Anak Lebih Sehat

0
dokter spesialis anak Siloam Hospitals Kebon Jeruk Prof dr Ganesja Harimurti, SpJP(K). (suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Salah satu penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan pada anak, karena faktor usia ibu saat melahirkan, yakni diatas 35 tahun. Faktor lainnya seperti menghirup asap rokok, minum obat bebas, memiliki masalah diabetes dan hipertensi, sinar rontgen dan keturunan.

Hal itu dikemukakan dokter spesialis anak Siloam Hospitals Kebon Jeruk Prof dr Ganesja Harimurti, SpJP(K) dalam diskusi media bertajuk ‘Penyakit Jantung Bawaan pada Anak’ yang digelar secara virtual, Jumat (29/1/2021).

Prof Ganesja yang juga anggota dari Siloam Heart Institute itu mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan kandungan selama 3 bulan pertama. Karena di masa itu, janin sedang dalam proses pembentukan. Adanya gangguan dapat membuat organ tidak terbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya.

“Karena itu penting bagi para ibu yang berobat ke dokter saat hamil, terutama pada 3 bulan pertama dimana perut belum terlihat buncit. Agar dokter dapat memberi obat yang sesuai. Jangan minum obat sembarangan saat hamil,” kata Prof Ganesja menegaskan.

Ditambahkan, penyakit jantung bawaan pada anak biasanya ada satu atau lebih kelainan pada struktur atau fungsi jantung sejak lahir. Kondisi abnormal itu terlihat pada fungsi jantung yang mengalami perlambatan aliran darah hingga penyumbatan atau jalur aliran darah yang tidak semestinya.

“Penting bagi orangtua untuk memeriksakan anaknya yang kesulitan bernafas meski sedang tidak beraktivitas. Selain itu, bibir dan jari-jari tangan anak juha terlihat biru,” ujarnya.

Prof Ganesja mengutip data statistik tahun 2019 yang menyebutkan ada 40 ribu dari 4 juta bayi di Indonesia yang mengidap penyakit jantung bawaan.

Hal senada dikemukakan dokter spesialis bedah jantung anak Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dr dr Dicky Fakhri, SpB SpBTKV. Katanya, penyakit jantung bawaan terdapat pada 9 dari 1.000 bayi baru lahir hidup. Dari jumlah itu, 50 persen di antaranya memerlukan intervensi.

“Karena itu, pasien dengan penyakit jantung bawaan harus ditindaklanjuti dalam klinik khusus dengan tim multidisiplin yang dapat mengantisipasi berbagai masalah secara khusus kepada setiap individu,” ujarnya.

Peningkatan jumlah anak dengan penyakit jantung bawaan yang hidup hingga dewasa bisa terjadi, karena dunia bedah, medis, anestesi dan perawatan jantung intensif berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir.

“Saat pasien memasuki fase dewasa, pasien akan membutuhkan pemantauan reguler dan intervensi bedah lanjutan,” kata dr Dicky.

Ditambahkan, penanganan dan penatalaksanaan penyakit jantung bawaan sangat tergantung dengan jenis penyakit jantung yang terjadi pada bayi atau anak. Secara garis besar, penyakit jantung bawaan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe.

Tipe pertama disebut penyakit jantung bawaan biru (sianotik). Penanganannya adalah dengan pemberian obat secara tepat dan cepat untuk memastikan tidak adanya kegawatan di jalan napas dan pernapasan pasien. Selain pemberian cairan pada tahap awal dalam jumlah banyak dan cepat.

Sementara tipe kedua disebut penyakit jantung bawaan tidak biru (non-sianotik), yaitu penyakit jantung bawaan yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. Tipe ini bisa terjadi tanpa gejala atau dalam kondisi berat yang menimbulkan gejala gagal jantung.

“Hal itu ditandai dengan sesak yang makin memberat saat beraktivitas, bengkak, batuk panas berulang, gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi,” tuturnya.

Deteksi penyakit jantung bawaan pada anak dapat dilakukan dengan mengenali tanda-tandanya sejak awal, antara lain tumbuh kembang terganggu, batuk panas, cepat lelah, sianosis (kulit membiru) dan bising jantung.

Tim dokter multidisiplin Siloam Heart Institute memiliki pengalaman dan keahlian dalam mengelola pasien, mulai dari penyakit jantung bawaan sederhana hingga pasien dengan penyakit jantung bawaan kompleks seperti pasien post fontan surgery, univentricular heart, cyanotic complex, dan congenital heart lessions. (Tri Wahyuni)