
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim memberi pembekalan kepada 14 ribu mahasiswa yang lolos seleksi Program Kampus Mengajar. Mereka akan diterjunkan ke puluhan ribuan sekolah dasar (SD) terakreditasi C di Indonesia.
“Keberadaan mahasiswa di sekolah hanya membantu dalam pembelajaran, tak menggantikan peran guru,” kata Nadiem dalam acara Pembekalan Kampus Mengajar Angkatan I Tahun 2021 yang digelar daring, Senin (15/3/21).
Sebagai informasi, Program Kampus Mengajar memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan diri melalui kegiatan di luar kelas perkuliahan. “Minat mahasiswa ikut Kampus Mengajar ternyata masih tinggi. Tahun ini peserta dibatasi 14 ribu orang,” ujarnya.
Lewat program Kampus Mengajar, Nadiem berharap, mahasiswa dapat membangun kepercayaan dengan murid, guru dan satuan pendidikan lainnya. Selain juga menumbuhkan kepedulian terhadap kebutuhan pembelajaran para muridnya. “Karena saya percaya, setiap anak memiliki potensi untuk berkembang,” ujarnya.
Hal senada dikemukakan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemdikbud, Nizam. Katanya, pembelajaran yang baik tergantung pada lingkungan sekitar. Caranya, memanfaatkan lingkungan sekitar untuk belajar berhitung, membaca dan sebagainya. “Pengabdian itu harus diiringi semangat untuk belajar dan mengajar, sambil mengatasi masalah yang ada di setiap SD,” tuturnya.
Nizam bercerita kondisi Indonesia di tahun 80-an, dimana belum ada sekolah di pelosok-pelosok. Saat itu mahasiswa digerakkan sebagai guru relawan. “Dampaknya luar biasa. Perekonomian berkembang dalam 5-10 tahun kedepan. Saya harap Kampus Mengajar juga bisa berdampak seperti itu, bisa memajukan perekonomian dan pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Namun, lanjut Nizam, pembelajaran sekarang sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Metode pembelajaran saat ini melalui daring dengan transisi kembali tatap muka. “Kami minta peserta untuk mempublikasikan pengalamannya selama menjadi peserta Kampus Mengajar di media sosial. Diharapkan, hal itu dapat memotivasi mahasiswa lain untuk bergabung ke Kampus Mengajar,” ujarnya.
Kegiatan pembekalan yang berlangsung selama 5 hari itu para peserta didampingi dosen pembimbing. Di lapangan, mahasiswa juga akan didampingi para guru yang diajak berkolaborasi sesuai dengan pembelajaran. “Yang penting, tampilkan senyuman dan keikhlasan, maka semua akan beresonansi kepada diri kalian,” katanya.
Ditanya keberhasilan program, menurut Nizam, hal itu bisa dilihat pada akhir program dimana para mahasiswa akan ditangisi para siswanya. Selain, terbangunnya pola pikir positif, mendapat pengalaman baru lewat pembelajaran,” ucap Nizam menandaskan.
Ia juga berpesan pada para peserta untuk tetap menjaga protokol kesehatan, hingga pemerintah menyatakan pandemi sudah selesai. Rencananya, program serupa akan diterapkan untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP).
“Fokus kegiatan nantinya menata administrasi, mengelola keuangan, mengajar dan hal-hal lain yang berkaitan dengan sekolah,” ucap Nizam.
Sementara itu, Direktur Sekolah Dasar ?(SD), Ditjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud, Sri Wahyuningsih menyatakan, ada 149.090 sekolah dasar sedang mempersiapkan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Rencananya PTM mulai dilaksanakan pada tahun ajaran baru pada Juni 2021 mendatang.
“Kehadiran mahasiswa di sekolah diharapkan membantu satuan pendidikan dalam melakukan percepatan atas ketertinggalan pelajaran di masa pandemi covid-19,” kata Sri Wahyuningsih seraya menyebut jumlah pendaftar Kampus Mengajar sebanyak 36 ribu mahasiswa.
Terkait dengan Digitalisasi Sekolah, Sri mengungkapkan masih banyak satuan pendidikan SD yang butuh literasi seputar digitalisasi. “Saya yakin, mahasiswa memiliki pemahaman yang tinggi tentang digitalisasi. Lewat program ini, semoga terjadi transfer pengetahuan tentang digitalisasi dalam satuan pendidikan,” katanya. (Tri Wahyuni)