
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim meluncurkan Program Merdeka Belajar (MB) Episode 8 yang menitikberatkan pada revitalisasi sekolah menengah kejuruan (SMK). Salah satunya pembentukan Pusat Unggulan SMK.
“Pada tahap awal, terpilih 895 SMK yang dijadikan sebagai Pusat Unggulan dengan 7 sektor prioritas, yaitu ekonomi kreatif, permesinan dan konstruksi, pariwisata, pertanian, maritim, care services dan kerja sama luar negeri,” kata Nadiem dalam peluncuran MB Episode 8: Pusat Unggulan SMK, Rabu (17/3/2021).
Hadir dalam kesempatan itu, antara lain, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Roeslani, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Dirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbud, Wikan Sakarinto.
Nadiem menjelaskan, Pusat Unggulan SMK diharapkan menjadi terobosan komprehensif guna menjawab tantangan pembenahan SMK saat ini. Sehingga lulusannya selaras dengan kebutuhan dunia kerja.
“Sekolah yang terpilih sebagai Pusat Unggulan, nantinya jadi rujukan sekaligus pengimbasan bagi SMK di sekitarnya. Keberhasilan program akan terlihat pada peningkatan kualitas dan kinerja SMK yang jadi imbasannya,” tutur Nadiem.
“Untuk mencapai visi tersebut, kerja sama antara SMK Pusat Unggulan dan dunia kerja tidak hanya diwujudkan dalam perjanjian kerja sama (MoU) saja, tetapi harus mendalam dan menyeluruh,” ucapnya.
Disebutkan, 8 aspek link&match yang menjadi dasar dalam kerja sama SMK dengan dunia kerja. Yaitu, kurikulum disusun bersama penguatan aspek softskills, hardskills dan karakter kebekerjaan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Kedua, pembelajaran diupayakan berbasis project riil dari dunia kerja (project based learning) guna memastikan hardskills, softskills dan karakter yang kuat. Ketiga, peningkatan jumlah dan peran guru/instruktur dari industri maupun pakar dari dunia kerja.
“Peningkatan peran guru dan instruktur dari industri harus signifikan hingga mencapai minimal 50 jam/semester/program keahlian,” ucapnya.
Keempat, praktik kerja lapangan/industri minimal satu semester. Kelima, sertifikasi kompetensi bagi lulusan dan guru/instruktur harus sesuai dengan standar dan kebutuhan dunia kerja.
Keenam, baik guru maupun instruktur diminta memperbarui teknologi lewat pelatihan secara rutin. Ketujuh, riset terapan yang mendukung ‘teaching factory’ harus merujuk kebutuhan riil industri.
Kedelapan, komitmen serapan lulusan di dunia kerja. Kemdikbud mendorong kolaborasi dengan dunia kerja dapat ditingkatkan, antara lain melalui kerja sama beasiswa, ikatan dinas, donasi dalam bentuk peralatan laboratorium dan lainnya.
Pada bagian akhir sambutan, Nadiem berharap Pusat Unggulan SMK bisa menjadi benih tranformasi SMK yang ada di seluruh Indonesia. Mereka yang terlibat dalam Pusat Unggulan SMK dapat menjadi mentor atas karya dan inovasi lulusan SMK. Sehingga lulusannya diperebutkan baik oleh pelaku industri maupun universitas terbaik di Indonesia.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kemdikbud, Wikan Sakarinto menambahkan, SMK yang terpilih sebagai Pusat Unggulan pada 2020 mendapat bantuan dana yang jumlahnya bervariasi hingga Rp1 miliar per sekolah. Dana tersebut digunakan untuk pembuatan sarana dan prasarana pendidikan.
“Tahun ini dana bantuan diberikan lagi, hanya jumlahnya tak sebesar tahun lalu sekitar Rp200-300 juta per sekolah,” kata Wikan yang berharap tahun ini SMK yang terpilih mulai serius dalam menggarap sektor prioritas sebagai unggulannya. (Tri Wahyuni)