
JAKARTA (Suara Karya): Asemen Nasional (AN) menyempurnakan sistem evaluasi pendidikan di Indonesia. Karena platform Rapor Pendidikan itu berisi laporan hasil AN dan analisis data lintas sektor untuk masing-masing satuan pendidikan dan daerah.
“AN tak hanya menggantikan Ujian Nasional (UN), tetapi juga menyempurnakannya. Karena AN mengukur aspek kognitif dan non-kognitif serta menggunakan teknologi,” kata Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode 19 tentang Rapor Pendidikan secara daring, Jumat (1/4/22).
Ditambahkan, penerapan AN juga sejalan dengan prinsip di Kemdikbudristek, yaitu mengakselerasi transformasi pendidikan di Indonesia, terutama pada evaluasi pendidikan. Poin yang ditekankan dalam AN adalah evaluasi yang berorientasi pada mutu, sistem dan pengumpulan informasi yang terintegrasi.
“Selain juga mendorong refleksi dan perbaikan. Jadi, bukan sekadar melihat pada hasil akhir,” ujarnya.
Asesmen Nasional telah dilaksanakan secara masif pada 2021 dan melibatkan seluruh elemen pendidikan. Evaluasi itu diterapkan oleh lebih dari 259 ribu satuan pendidikan tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA. Ada sekitar 3,1 juta pendidik dan 6,5 juta peserta didik yang terlibat di dalamnya.
“Rapor Pendidikan mengintegrasikan berbagai data pendidikan hasil AN untuk membantu satuan pendidikan dan dinas pendidikan mengidentifikasi capaian dan akar masalah. Setelah itu, mereka diminta melakukan refleksi dan merancang langkah-langkah pembenahan yang efektif berbasis data,” tutur Nadiem.
Mendikbudrustek menjelaskan, beberapa perubahan dalam AN beserta implikasinya. Dalam AN, yang diukur adalah kompetensi dasar literasi dan numerasi menggunakan metode berstandar internasional, namun tetap berkonteks Indonesia.
“Dengan demikian, basis intervensi berfokus pada pengembangan kompetensi dasar sebagai bagian paling penting dari kualitas pendidikan,” ucapnya.
Asesmen Nasional juga mengukur tentang karakter peserta didik dan kualitas lingkungan belajar, selain kompetensi literasi dan numerasi. Sehingga diperoleh analisis hasil belajar secara holistik, yang akan menjadi dasar dalam mengidentifikasi akar permasalahan pendidikan Indonesia.
“Lewat AN, kami menemukan korelasi positif antara kompetensi literasi dan numerasi peserta didik dengan indeks karakter peserta didik. Ini adalah bukti AN mampu memberi gambaran komprehensif tentang kualitas pendidikan di Indonesia,” ujarnya.
Korelasi positif antara kompetensi kognitif dan non-kognitif, menurut Nadiem, menekankan pentingnya penerapan Kurikulum Merdeka sebagai rancangan pembelajaran yang lebih holistik di setiap jenjang pendidikan.
Korelasi itu juga menunjukkan secara jelas, kualitas pembelajaran dan iklim satuan pendidikan untuk mendapat perhatian yang lebih besar dibanding aspek sarana prasarana dan administratif. Sehingga kompetensi dasar dan karakter peserta didik terus mengalami perbaikan.
“Pelaksanaan AN berbasis komputer memungkinkan media lebih komprehensif dan interaktif. Karena itu, hasil asesmen menjadi lebih akurat, valid, komprehensif, dan cepat diolah sebagai basis intervensi ke depan,” kata Nadiem menandaskan. (Tri Wahyuni)