
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menekankan pentingnya kolaborasi untuk menciptakan pendidikan vokasi yang adaptif.
Penegasan tersebut disampaikan Nadiem saat membuka acara ‘Unite for Education (UFE) Sustainability Forum’ ke-12 bertajuk ‘The Future of Vocational Education and Inclusivity’ yang digelar Bank Permata, di Jakarta, Selasa (7/3/23).
Karena itu, lanjut Nadiem, pihaknya terus melakukan berbagai kolaborasi untuk mendekatkan pendidikan vokasi dengan dunia industri. Tak hanya dekat, tetapi semakin erat dari waktu ke waktu.
Kolaborasi itu terlihat pada dua program yang digulirkan Kemdikbudristek, yang sekaligus menjadi dasar transformasi pendidikan vokasi. Dua program itu adalah SMK Pusat Keunggulan dan Kampus Merdeka Vokasi.
“Partisipasi industri terhadap program-program vokasi yang diluncurkan Kemdikbudristek dari tahun ke tahun terus meningkat. Dukungan dari industri bagi SMK maupun perguruan tinggi vokasi diberikan dalam skema pemadanan yang jumlahnya cukup besar,” ujarnya.
Survei yang dilakukan kepada 708 industri mitra pendidikan vokasi pada 2023 menunjukkan, tingkat kepuasan mitra industri pada pendidikan vokasi saat ini mencapai skor 3,46 dari skala 4.
Kepercayaan dari pihak industri itu, diakui Mendikbudristek, menjadi modal penting untuk mematangkan program guna mewujudkan lulusan vokasi sebagai SDM unggul untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
“Saat ini, setidaknya sepertiga dari jumlah siswa SMK di seluruh Indonesia telah merasakan manfaat dari program SMK Pusat Keunggulan,” kata Nadiem.
Karena ada 373 SMK dari sekitar 1.400 SMK Pusat Keunggulan yang telah mengimplementasikan Skema Pemadanan Dukungan yang melibatkan 349 industri mitra. Jumlah investasi industri mencapai lebih dari 400 miliar.
Selain program SMK Pusat Keunggulan, keterlibatan industri pada program dana padanan (matching fund) di perguruan tinggi vokasi juga mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir.
‘Pada 2021, jumlah total dana kolaborasi yang direkomendasikan adalah senilai Rp65 miliar. Pada 2022, nilai tersebut meningkat menjadi Rp 133 miliar,” tuturnya.
Nadiem mencontohkan, SMK Negeri 8 Surakarta yang gencar mengembangkan potensi pelajar disabilitas di bidang seni. Dan kolaborasi antara Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan Yayasan Pendidikan Anak Cacat dalam merancang alat rangsang fungsi syaraf untuk pasien paralisis tangan.
“Praktik baik tersebut menunjukkan, pendidikan vokasi memiliki sumbangsih yang luar biasa dalam perwujudan sistem pendidikan dan masyarakat yang inklusif,” kata Nadiem.
Sementara itu, Direktur Utama Permata Bank, Meliza Musa Rusli, dalam acara yang sama mengatakan, pihaknya senantiasa mendukung pendidikan dan inklusivitas serta mengutamakan pembangunan berkelanjutan.
“UFE Sustainability Forum diharapkan menjadi angin segar bagi ekosistem inklusif dan forum bagi masyarakat untuk saling berkolaborasi, berbagi rekam jejak dalam menciptakan kesejahteraan di Indonesia,” kata Meliza.
Sementara itu, Sesdirjen Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek, Saryadi dalam kesempatan yang sama mengungkapkan revitalisasi SMK yang tertuang dalam Inpres No 9 Tahun 2016 belum berjalan secara optimal.
“Memang sudah ada beberapa Pemda yang melakukan pembatasan izin SMK dengan keahlian tertentu. Tetapi belum berjalan optimal. Karena izin itu ada di Pemda,” ucapnya.
Sekadar infomasi, Presiden Joko Widodo memberi enam instruksi kepada Kemdikbudristek dalam penerapan Inpres No 9 Tahun 2016. Keenam instruksi itu adalah pembuatan peta jalan SMK; menyempurnakan dan menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi sesuai kebutuhan pengguna lulusan (link and match).
Selain itu, meningkatkan jumlah dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK; meningkatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan dunia usaha/industri; meningkatkan akses sertifikasi lulusan SMK dan akreditasi SMK; dan membentuk Kelompok Kerja Pengembangan SMK.
Soal Program SMK Pusat Keunggulan, Saryadi menjelaskan, program tersebut saat ini memasuki tahun ketiga. Tahun depan, program akan dievaluasi sekaligus memilih SMK PK yang dinilai mandiri untuk mengimbas ke SMK lain yang ada di sekitar sekolah tersebut.
“Keberhasilan SMK PK akan diimbas ke SMK lain di wilayah tersebut. Sehingga kualitas pendidikan di SMK akan semakin baik,” kata Saryadi yang didampingi Plt Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitra DUDI), Uuf Brajawidagda. (Tri Wahyuni)