JAKARTA (Suara Karya): Kejadian bencana terus meningkat di Indonesia, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta masyarakat untuk menjadikan waspada bencana sebagai bagian dari gaya hidup.
“Diperlukan sikap siaga dan waspada dalam menghadapi ketidakpastian ini,” kata Menko PMK dalam arahannya pada seminar basional yang digelar PASTI (Paguyupan Alumni Sekolah Staf dan Komando TNI) dan BNPB, di Jakarta, Selasa (13/12/22).
Hadir dalam seminar, yaitu Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, Ketum PP PASTI, Mayjen TNI Heri Wiranto, Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto, Rektor Universitas Pertahanan, Laksamana Madya TNI Prof Dr Ir Amarulla Octavian, serta para alumni Sesko TNI.
Kewaspadaan itu penting, karena bencana saat ini menjadi bagian keseharian masyarakat Indonesia. Data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyebut, kejadian bencana selama 2021 mengalami peningkatan sebesar 16 persen dibanding tahun sebelumnya.
Begitu pun dengan masyarakat yang terdampak dan mengungsi mengalami peningkatan sebesar 12 persen. Tercatat ada 3.350 kejadian bencana alam di Indonesia hingga 12 Desember 2022.
Kejadian bencana alam yang mendominasi adalah bencana cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor. Bencana alam tersebut telah menimbulkan korban meninggal dunia 565 jiwa, hilang 43 jiwa, 8.703 luka-luka dan lebih dari 5 juta orang harus mengungsi.
“Kondisi itu tentu menjadi refleksi kita bersama agar lebih siap dalam menghadapi kemungkinan terjadinya bencana,” ujarnya.
Indonesia masuk dalam sejumlah negara yang rawan bencana, karena posisi geografi dan geologinya. Sebanyak 95 persen kejadian merupakan bencana hidrometeorologi yang disebabkan dinamika iklim dan perubahannya, seperti puting beliung, banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan.
Indonesia juga memiliki potensi risiko bencana geologi seperti gempa tektonik, likuifaksi, tsunami dan erupsi vulkanik sangat besar.
Seperti kejadian gempa bumi di Cianjur, belum lama ini. Gempa tersebut mengakibatkan korban meninggal hingga 335 jiwa dan kerusakan hingga 56.548 rumah warga.
“Kita harus menjadikan waspada bencana sebagai gaya hidup. Karena dari tahun ke tahun angka kejadian terus meningkat. Ditambah kejadian bencana hidrometeorologi,” tuturnya.
Ditegaskan, bencana adalah urusan bersama. Untuk itu, upaya penanggulangan tak hanya tugas pemerintah, tapi juga butuh dukungan berbagai pihak seperti akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media (termasuk komunitas PASTI).
“Dalam penanggulangan bencana, konsep pentahelix atau multipihak selalu kita gunakan. Dimana unsur pemerintah, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media bersatu padu. Dan sekarang ditambah TNI,” kata Menko PMK.
Untuk membangun postur TNI Indonesia yang responsif terhadap bencana, mitigasi dan edukasi bencana harus terus digencarkan. Tidak cukup hanya di kurikulum formal, tetapi harus ada langkah strategis untuk memastikan anak bangsa sadar bahwa mereka berada di lingkungan bencana.
Menko PMK berharap seminar dapat menghasilkan usulan dan teknologi dari inisiatif militer untuk menangani bencana dari mitigasi hingga level yang paling tinggi. (Tri Wahyuni)