
JAKARTA (Suara Karya): Jumlah pengguna internet dan telepon pintar di Indonesia, setiap tahun terus meningkat. Untuk itu dibutuhkan peran akademisi untuk membangun kesejahteraan digital di Indonesia.
“Penggunaan teknologi digital di Indonesia terus berkembang sejak terjadi pandemi covid-19, karena hampir setiap kegiatan beralih dari tatap muka ke daring,” kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, di Jakarta, Rabu (11/5/22).
Pernyataan itu disampaikan Muhadjir dalam ‘keynote speech’ dalam acara Halal bi Halal Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Indonesia (KAHMI).
Ditambahkan, penggunaan teknologi digital yang semakin masif secara teknis telah membawa ketimpangan dalam hal akses teknologi. Hal itu berkaitan dengan konteks keadilan dan kesejahteran digital yang menuntut adanya pemerataan akses masyarakat terhadap sarana-prasarana teknologi digital.
“Untuk masyarakat urban (perkotaan) yang memiliki akses cukup besar tidak ada masalah, tetapi masyarakat rural (pedesaan) yang jauh dari akses internet, kondisi ini akan membuat semakin tertinggal,” ujarnya.
Di satu sisi adalah proses percepatan, sementara di satu sisi lain ada yang tertinggal. Jika kondisi itu tidak diintervensi, dikhawatirkan mereka akan semakin jauh tertinggal.
Karena itu, lanjut Menko Muhadjir, adalah tugas akademisi dan cendekiawan untuk ikut membantu mewujudkan kesejahteraan digital dan mengentaskan ketimpangan akses tersebut.
“Diharapkan ada peran nyata dari UICI untuk membantu pemerintah dalam menyelesaikan masalah ketimpangan ini,” ucap Muhadjir menegaskan.
Hadir dalam kesempatan itu, Rektor UICI La Ode Kamaluddin; Ketua Harian Presidium Majelis Nasional KAHMI, Ahmad Doli Kurnia; serta para tokoh KAHMI seperti Akbar Tandjung, Mahfud MD, Siti Zuhro, Hamdan Zoelva, Alfan Alfian, dan Subandriyo.
Sebagai informasi, kampus UICI menciptakan sistem pendidikan berbasis online model baru, yaitu Digital Integrated Learning System (DILS), yang mengintegrasikan teknologi Learning Management System (LMS), Digital Simulator Teaching Learning System (DSTLS), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR).
Dalam penyelenggaraannya, UICI merujuk ada 3 filosofi dasar, yakni integrasi budaya digital, keislaman dan ke-Indonesiaan. Diharapkan, lahir lulusan yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, juga memiliki karakter kreatif, inovatif, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam. (Tri Wahyuni)