
JAKARTA (Suara Karya): Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno memberi apresiasi kepada komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) atas digelarnya Kongres Berkebaya Nasional (KBN) 2021.
“Upaya pelestarian kebaya perlu didukung bersama. Karena siapa lagi yang akan melestarikan kebaya, kalau bukan kita,” kata Sandiaga Uno saat membuka perhelatan KBN 2021 secara virtual, Senin (5/4/2021).
Ditambahkan, pemerintah sangat mendukung usulan kebaya menjadi warisan budaya takbenda Unesco, sama halnya dengan keris maupun batik. Karena itu, Sandi mengajak perempuan Indonesia dari seluruh generasi untuk mengenakan kebaya.
“Dengan mengenakan kebaya, Anda telah membantu pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terutama di bidang busana untuk tetap bertahan pada kondisi pandemi covid-19,” ujarnya.
Ia menuturkan kesukaan ibunya yang juga pakar kepribadian, Mien Uno akan kebaya. Berkebaya tak saja terlihat anggun, tetapi juga memiliki arti filosofi yang mendalam dan menjadi identitas sekaligus media pemersatu bangsa.
“Karena itu, saya mengajak kaum muda, para milenial Indonesoa untuk mulai berkebaya. Berkebaya itu tak ada batasan usia. Jadi jangan ragu untuk berkebaya dalam kegiatan sehari-hari,” ucapnya.
Dalam sesi webinar tentang strategi komunikasi dan sosialisasi untuk memperkenalkan kebaya ke generasi muda dan dunia, Ketua PBI Rahmi Hidayati menilai, perlu strategi pengelolaan dan penyampaian pesan agar ajakan berkebaya di kalangan muda dapat lebih maksimal.
“Kita bisa mengajak tokoh publik, aktris, tokoh masyarakat dan profesi lainnya untuk menjadi contoh penggunaan kebaya dalam setiap kegiatan, termasuk beeolahraga maupun aktivitas ekstrim seperti naik gunung,” ujarnya.
Dalam webinar tentang ‘Kebijakan Pemerintah Untuk Pelestarian Kebaya Sebagai Warisan Budaya Bangsa’ menilai perlunya kebijakan pemerintah dalam pelestarian kebaya sebagai busana nasional Indonesia. Serta bagaimana menjadikan kebaya sebagai ikon busana perempuan Indonesia.
“Untuk itu, pemerintah perlu menetapkan “Hari Berkebaya Nasional” sebagai satu hari nasional yang mewajibkan semua perempuan Indonesia menggunakan kebaya apapun profesi dan aktivitasnya. Jika tidak, pelestarian kebaya tidak berkembang optimal,” ucap Rahmi.
Kebaya dilihat dari aspek politik, lanjut Rahmi, terlihat saat dicanangkan Presiden Soekarno pada 1940-an. Bahkan pada 1978 diselenggarakan lokakarya tentang kebaya sebagai busana nasional Indonesia. Hadir ribuan perempuan Indonesia dari berbagai wilayah nusantara.
“Ini menunjukkan animo perempuan Indonesia memang identik dengan kebaya nusantara,” ucapnya menegaskan. (Tri Wahyuni)