
JAKARTA (Suara Karya) : Menpora Zainudin Amali tak bosan – bosannya menekankan Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional dengan FGD Penyempurnaan Inpres No 3 tahun 2019 yang terus digodok dan meminta masukan dari pelatih serta mantan pemain nasional.
“Melalui FGD Penyempurnaan Inpres No 3 tahun 2019 kami berharap pada mantan pemain dan pelatih memberikan masukan atas kemajuan dan percepatan prestasi pemain untuk melahirkan tim yang tangguh menuju pentas dunia, ” tegas Menpora usai membuka FGD Penyempurnaan Inpres No 3 tahun 2019 mantan pemain dan pelatih tim nasional di Auditorium Kemenpora Jakarta, Senin (13/2/2023).
Menpora lagi – lagi mengatakan, Indonesia memiliki penduduk 270 juta, tampaknya tidak sulit melahirkan pemain untuk membentuk tim nasional yang tangguh bila semua unsur bekerjasama. Baik PSSI Pusat, Asprov, Askot dan sampai ke tingkat kabupaten, kecamatan dan kelurahan.
Dengan adanya Inpres No 3 tahun 2019 yang ada 13 kementrian dan lembaga dibawahnya merupakan satu kesatuan yang utuh dalam memajukan sepakoboka nasional, baik melalui sektor kesehatan, pendidikan dan sektor lainnya.
Pada kesempatan itu Pelatih Pemain Junior Sepak bola Nasional Indra Sjafri mengakui, pembinaan pemain sepak bola harus berjenjang dan berjalan di berbagai daerah di 34 Provinsi, Kabupaten hingga Kecamatan.
Menurut Indra Sjafri pembinaan pemain semacam itu harus digalakkan bila Indonesia ingin mempunyai Timnas yang tangguh menuju Prestasi Dunia.
Melangkah ke prestasi dunia juga harus melewati jenjang mulai dari AFF, AFC hingga mencapai puncak ke FIFA. Begitu juga dengan SEA Games, Asian Games hingga ke Olimpiade. Bila rangkaian itu sudah terlewati, maka untuk masuk ke Piala Dunia atau level FIFA akan terpenuhi.
Begitu juga yang dikatakan pelatih Timnas Bima Sakti yang juga mantan pemain nasional. “Selain faktor teknik yang perlu dimiliki, para pemain nasional juga memerlukan sarana dan prasarana. Seperti halnya perlengkapan latihan dan adanya lapangan yang memenuhi syarat, ” paparnya.
Sedang dalam segi gizi dan kesehatan, dr Arie Sutopo menegaskan, perbaikan gizi dan kesehatan diperlukan dalam
Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Segi IPTEK sangat juga diperlukan, begitu pula dengan gizi makanan.
Begitu juga faktor mental untuk menjadi juara. Semua itu diperlukan komunikasi dan tahapan untuk mencapai puncak prestasi. Proses juga diperlukan, dan tidak boleh pemaksaan. Bahkan doping harus diperhatikan agar juara tanpa pemain yang memiliki kesalahan dengan adanya doping. (Warso)