Suara Karya

Menristek: MSC dan Exosome Bisa jadi Terapi Alternatif Pasien Covid-19

Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro. (suarakarya.co.id/Tri Wahyuni)

JAKARTA (Suara Karya): Terapi ‘Mesenchymal Stem Cell’ (MSC) dan ‘Exosome’ diyakini dapat menjadi alternatif pengobatan untuk pasien corona virus disease (covid-19). Dibutuhkan inovasi lanjutan agar terapi tersebut memberi hasil optimal.

Hal itu dikemukakan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam webinar bertajuk ‘Alternatif Terapi Covid-19 dengan Mesenkimal Sel Punca dan Eksosom: Bukti Klinis Bicara’ yang digelar melalui kanal Youtube, Jumat (5/2/21).

Bambang membeberkan hasil pengujian, pasien covid-19 dengan kategori infeksi berat dan kritis setelah diberi terapi ‘Mesenchymal Stem Cell (MSC) dan Exosome sebanyak 2,5 kali mampu bertahan dibanding pasien yang tidak diterapi.

Karena itu, lanjut Bambang, Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 melalui Kemenristek/BRIN mengalokasikan dana untuk memfasilitisasi penelitian ‘stem cell’ untuk terapi pada pasien covid-19 di beberapa perguruan tinggi dan rumah sakit.

“Untuk menunjang inovasi itu, Kemenristek/BRIN mendorong kolaborasi dalam kegiatan penelitian. Pendekatan ‘triple helix’ menjadi sangat penting untuk penanganan pandemi covid-19,” ujarnya.

Bambang berharap semua pihak harus mengesampingkan ego sektoral, karena penanganan pandemi covid-19 membutuhkan keahlian dan sinergi lintas bidang ilmu. Ilmu pengetahuan akan menjadi lengkap jika berbagai bidang ilmu dapat berkolaborasi dan berinteraksi untuk menghasilkan solusi.

“Itulah esensi dari ilmu pengetahuan,” ucap Menristek menegaskan.

Lewat penelitian tersebut, Bambang berharap, Indonesia memiliko keunggulan dalam terapi ‘stem cell’, tak hanya untuk penanganan covid-19, tetapi juga pengobatan secara umum. Karena keunggulan itu akan meningkatkan kesehatan manusia Indonesia dan bertindak sebagai subtitusi impor.

“Pandemi covid-19 menjadi kesempatan bagi pengelola lembaga stem cell untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas. Agar nantinya Indonesia bisa menjadi tuan rumah dalam terapi stem cell di negara sendiri.

Dijelaskan, stem cell atau sel punca merupakan induk dari semua sel yang ada di tubuh manusia. Untuk menggantikan sel yang mati, maka stem cell akan membelah diri guna menghasilkan sel baru. Sel tersebut akan meneruskan tugas sel yang sudah mati.

Dalam bagian akhir sambutannya, Menristek/Kepala BRIN mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dan berperan aktif dalam penanganan dan penanggulangan pandemi covid-19 di Indonesia.

“Kami akan selalu berpartisipasi dan mendukung para peneliti dari manapun, baik perguruan tinggi, rumah sakit, maupun pihak swasta yang mau berkontribusi untuk mencari solusi dalam penanganan dan covid-19,” katanya.

Hadir dalam webinar itu, Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek/BRIN, Ali Ghufron Mukti; Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio; Plt. Kapuslitbang SDPK Kemenkes, M Karyana; Direktur Registrasi Obat BPOM, Lucia Rizka Andalusia; Ketua Konsorsium Sel Punca PRN, Ismail Hadisoebroto Dilogo; Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi, Bambang Darwono; Pakar Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan; serta Ketua Rejaselindo IDI/RSUD Moewardi, Bintang Soetjahjo. (Tri Wahyuni)

Related posts