Menristekdikti Bangga Dua Unicorn Indonesia Masuk 20 Besar Asia

0

DENPASAR (Suara Karya): Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengaku bangga, dua unicorn Indonesia masuk dalam 20 terbesar Asia. Ia berharap makin banyak start-up (perusahaan pemula berbasis teknologi) Indonesia yang unggul di pasar global.

“Dua unicorn itu adalah Gojek yang raih peringkat 7 dengan aset mencapai Rp75 triliun. Sementara posisi ke-11 direbut Tokopedia,” kata Nasir saat melepas peserta gerak jalan sehat di seputar Lapangan Puputan Renon, Denpasar, Bali pada Minggu (25/8/2019).

Acara yang diikuti sekitar 15 ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bali itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke-24 yang dipusatkan di Bali. Hadir dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Bali,Tjokorda Oka Artha Ardana.

Nasir mengaku optimis karena kini ada undang-undang (UU) yang menjadi payung hukum bagi para inventor. Karena dalam UU No 11 tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Sisnas Iptek) menyebut pentingnya Litbang Jirap (penelitian, pengkajian dan penerapan teknologi) untuk inovasi dan invensi.

“Kami punya banyak penelitian bernilai ekonomis, mulai dari skala besar, sedang dan kecil. Misalkan, penelitian tentang minyak sawit yang dijadikan bahan bakar minyak seperti hal-nya soal dan avtur. Tugas kita bagaimana mencari industri besar yang mau mengembangkan soal itu,” ujarnya.

Jika proses komersialisasi penelitian itu bisa diselesaikan salam dua tahun kedepan, Nasir menilai, Indonesia tak perlu mengimpor BBM (bahan bakar minyak) lagi. Indonesia bisa menghemat uang negara sebesar 17,6 miliar dollar atau senilai Rp250 triliun.

Soal penemuan lain yang berpotensi bisnis adalah motor listrik bernama Gesit. Motor itu sudah dibangun dan pertama kali principal di Indonesia. Kapasitas produksi mencapai 5 ribu unit per bulan.

“Pemda Bali tertarik dengan Gesit yang didukung oleh Wijaya Karya ini. Pesanan sebanyak 10 ribu unit. Pemda Bali tak hanya jadi pelopor dalam menerapkan zero plastik, tetapi juga zero karbon untuk udara yang lebih bersih dan segar” tuturnya.

Ditanya soal infrastuktur untuk charger listriknya, Nasir mengatakan, hal itu sedang dibahas. Termasuk peraturan hukum. Prosesnya terus dilakukan. Kami berharap penggunaan motor listrik bisa diterapkan pada akhir 2019 ini atau pada awal 2020 di Bali. “Jika Pemda-nya sendiri sudah mendukung, proses biasanya lebih mudah dan cepat,”

Menristekdikti menyebut daerah lain yang berminat Gesit adalah pemda Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Labuan bajo. Nantinya, basecamp produksi untuk wilayah Timur Indonesia akan dilakukan di Bali. “Target pemasaran Gesit di pemerintahan dulu, lalu perguruan tinggi. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau mendukung produk dalam negeri,” kata Nasir menandaskan. (Tri Wahyuni)