Suara Karya

Menristekdikti Lantik 74 Anggota DRN Periode 2019-2022

JAKARTA (Suara Karya): Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir melantik 74 anggota Dewan Riset Nasional (DRN) periode 2019-2022. Lembaga itu diharapkan berkontribusi aktif dalam pengembangan riset dan inovasi di Tanah Air.

“Riset dan inovasi sudah waktunya jadi tulang punggung bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia,” kata Menristekdikti, Mohamad Nasir dalam sambutan saat melantik 74 anggota DRN di Jakarta, Kamis (4/7/2019).

Ditambahkan, riset juga dapat memberi nilai tambah pada produk yang akan dijual. Dampaknya sangat luas, salah satunya memacu pertumbuhan ekonomi negara, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) tentang Rencana Induk Riset Nasional.

Nasir menjelaskan, ke-74 anggota DRN akan bekerja sesuai dengan komisi teknisnya. Ada 9 komisi teknis dalam struktur organisasi DRN. Meski demikian, tugas pokok mereka adalah mengawal dan menerapkan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) kepada para mitra DRN.

“Nantinya, RIRN akan mengarusutamakan inovasi dalam perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Ditambahkan, Kemenristekdikti saat ini tengah mengupayakan integrasi yang lebih dalam penelitian dan penciptaan inovasi melalui (draft) Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (RUU Sisnas Iptek). Di masa depan, riset diharapkan tak lagi tercecer di Kementerian teknis ataupun di lembaga pemerintah non kementerian (LPNK).

Riset ke depan harus terintegrasi menjadi satu dalam wadah yang lebih strategis. “Konsep ini sudah saya jelaskan ke Presiden Joko Widodo agar nantinya bisa dituangkan ke RUU Sinas Iptek. Karena Indonesia memiliki SDM yang luar biasa. Belum lagi para diaspora. Situasi ini harus diperbaiki secara bertahap,” ucapnya.

Ketua DRN Periode 2015 – 2018, Bambang Setiadi menyampaikan pendapat, riset yang didanai pemerintah harusnya menghasilkan lebih banyak manfaat bagi publik, ketimbang peningkatan pengetahuan semata. Riset juga mengalami tekanan untuk mengubah kinerja dan efisiensi dampak riset.

“Dan yang tak kalah penting, riset harus berperan dalam meningkatkan ilmu pengetahuan yang berguna, mendukung dan merancang interaksi sosial, menciptakan industri baru, menyediakan pengetahuan sosial humanitas dan menjamin kualitas kehidupan sosial,” ujarnya. (Tri Wahyuni)

Related posts