
JAKARTA (Suara Karya): Mentari Group kembali menggelar ‘Pelajar Berkreasi’, seri perlombaan yang mengajak siswa sekolah dasar (SD) untuk mengasah kemampuannya dalam literasi, numerasi, karakter dan kreativitas. Fokus lomba kali ini pada numerasi.
“Poin terpenting dari lomba, bukan pada nilai akhir, tetapi bagaimana anak-anak kita berproses mencapai dan mengerti, memahami dari keterampilan numerasi tersebut,” kata Chief Marketing Officer (CMO) Mentari Group, Natalina Rimba, Sabtu (10/7/21).
Dalam talkshow bertajuk “Meningkatkan Kemampuan Numerasi Pelajar SD” yang digelar daring, Natalina menambahkan, kegiatan lomba semacam ini dibutuhkan siswa untuk selingan, setelah lelah seharian mengikuti kelas daring dari sekolah.
“Program Pelajar Berkreasi tak sekadar kompetisi, tetapi juga membentuk sikap mental siswa dengan berani mencoba hal baru, menambah kepercayaan diri, mengembangkan kemampuan numerasi dan daya nalarnya,” ucap Natalina.
Hal senada dikemukakan Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) Asep Sukmayadi. Katanya, sekolah mampu membuat pelajaran matematika lebih menyenangkan sehingga mudah diterima para siswa.
“Pelajaran matematika perlu dibuat lebih menarik dan menyenangkan di sekolah. Sehingga jadi senang matematika atau numerasi. Kecuali anak memang berbakat di matematika, sehingga tak perlu diajari,” ujarnya.
Ditambahkan, orangtua juga perlu ikut berperan dalam pembelajaran anaknya. Caranya, bekerja sama dengan guru. Tujuannya untuk melihat model pembelajaran yang cocok untuk anak di sekolah.
“Jika metode pembelajaran matematika dibebaskan dan disesuaikan dengan kondisi anak, maka hal itu akan meningkatkan kecintaan anak pada matematika atau numerasi,” ucapnya.
Ia mencontohkan sejumlah anak yang jago dalam bermain ‘game online’. Pada satu sisi kita khawatir, namun di sisi lainnya hal itu dapat meningkatkan kemampuan ‘coding’ pada anak-anak.
Asep menambahkan, Puspresnas mengembangkan prestasi anak Indonesia dari jenjang PAUD hingga pendidikan tinggi untuk menemukenali prestasinya. Prestasi anak tak hanya dinilai dari kemampuan otak kiri, tetapo secara keseluruhan, baik itu kemampuan akademis, kinestetik maupun seni.
Terkait hasil PISA yang memperlihatkan masih lemahnya kemampuan numerasi siswa Indonesia, Asep menyampaikan indikator PISA kini menjadi indikator yang dimasukan dalam pemetaan program Merdeka Belajar.
“Kita akan petakan kemampuan dasar anak dalam asesmen kemampuan dasar seperti literasi, numerasi dan karakter dan asesmen kompetensi minimum,” katanya.
Asep juga menyampaikan dengan kondisi pandemi saat ini, kemampuan dasar siswa tingkat dasar harus dimitigasi dengan kondisi pembelajaran dari rumah agar kualitasnya tidak mengalami penurunan.
Pihaknya, Puspresnas, menjadi katalis untuk memastikan kemampauan anak tersebut bisa diindetifikasi, bisa diaktualisasikan, kemudian bisa kita hargai sebagai bagian dari tumbuh kembang anak.
Dalam kesempatan sama, Koordinator Tim Matematika Mentari Teacher Academy, Linda Setiawan mengatakan, peran guru sangat penting dalam mengembangkan kompetensi siswa, termasuk kemampuan numerasi.
Linda menyebut 2 unsur penting dalam kompetensi numerasi yang perlu dikembangkan dalam diri anak sejak dini yakni; kemampuan pemecahan masalah matematis dan proses pembelajaran.
“Proses pembelajaran itu sendiri mengacu pada proses agar anak memiliki kemampian problem solver,” ujar Linda.
Ditambahkan, keterampilan tahapan untuk mampu sampai pada kemampuan berpikir HOTS (higher order thinking skill) adalah kemampuan analisa, kemampuan mengevaluasi dan keterampilan berpikir kreatif. (Tri Wahyuni)