Minimnya Lowongan Kerja bagi Lulusan D-4 jadi Tantangan Diksi

0

JAKARTA (Suara Karya): Gelar sarjana terapan ternyata masih belum familiar di kalangan industri di Tanah Air. Hal ini terlihat dalam lowongan pekerjaan yang ada di Jobstreet, di mana lulusan D-4 atau sarjana terapan masih dianggap sebagai lulusan D-3.

“Secara jumlah, lowongan kerja untuk sarjana terapan masih sangat kecil dibanding jenjang lainnya. Ini merupakan tantangan yang harus ditangani segera,” kata Country Manager Jobstreet, Faridah Lim dalam webinar bertajuk “Sarjana terapan, Jawaban Industri Masa Depan”, Jumat (26/2/2021).

Membuka webinar tersebut Mendikbud Nadiem Anwar Makarim.

Faridah menilai, perlu ada komunikasi dan edukasi lebih lanjut kepada DUDI untuk menjelaskan peran dan kelebihan yang dimiliki seorang sarjana terapan. Di mana mereka memiliki skills praktek yang lebih siap pakai dan mampu membantu industri, dibandingkan lulusan D-3.

Lewat berbagai program studi yang spesifik di D-4, Faridah yakin industri nantinya akan melihat dan antusias terhadap keberadaan sarjana terapan. Mengingat dunia industri berkembang sangat pesat, sehingga butuh karyawan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

Hal senada dikemukakan Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) PLN, Syofvi Felianty Roekman. Ia berharap, peningkatan konsep link and match antara pendidikan vokasi dengan industri harus lebih dikuatkan. Konsep ini penting karena industri dapat melihat peserta didik bertalenta sejak awal.

“Sehingga industri mampu menyerap tenaga kerja dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya.

Syofvi mengungkapkan, sebenarnya dunia kerja tak semata-mata perlu orang dengan kemampuan akademis yang sangat tinggi, tetapi yang paling dibutuhkan adalah kompetensi keahlian dan kemampuan dalam team work,” ujarnya.

Terkait rencana Kemdikbud menggandeng dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dalam merancang kurikulum untuk memperkuat Program D-4, Syofvi menyatakan, pihaknya siap membantu mewujudkannya.

Karena keuntungan dilibatkan DUDI dalam merancang kurikulum D-4 adalah mereka bisa ikut mengawasi dan melihat perkembangan peserta didik apakah kompetensinya sudah sesuai dengan kebutuhan industri.

“Merancang kurikulum bersama juga memberi manfaat pada kami. Jika kompetensi-nya sesuai, hal itu akan mempercepat proses ‘on the job training’. Karena jadi lebih efisiensi, baik dalam waktu, tenaga dan dana,” tutur Syofvi seraya menambahkan, saat ini cukup banyak sarjana terapan bekerja di PLN.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal memaparkan data menarik tentang peningkatan jumlah pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan selama masa pandemi covid-19.

Disebutkan, tiga jenjang pendidikan yakni SMA, SMK dan sarjana mengalami peningkatan jumlah pengangguran. Sedangkan jenjang diploma mengalami penurunan. “Ini salah satu indikasi bahwa jenjang diploma adalah lulusan yang dibutuhkan industri,” ucapnya.

“Kedepan, industri juga akan melihat soft skills para pelamar, lalu mencocokkan dengan apa yang dibutuhkan industri,” kata Faisal.

Ia memprediksikan sektor yang akan berkembang di masa depan adalah manufaktur dan jasa. Untuk itu, lulusan pendidikan vokasi sebaiknya meningkatkan kemampuan digitalisasi teknologi.

Faisal kembali meminta pada pemangku kebijakan akan pentingnya sosialisasi program D4 di masyarakat. “Karena jika masyarakat tidak mengerti, tidak ada yang terpacu untuk mengambil jenjang sarjana terapan ini,” ucapnya menegaskan. (Tri Wahyuni)