
JAKARTA (Suara Karya): Majelis Ulama Indonesia (MUI) minta tokoh agama dan ormas keagamaan ikut sosialisasikan informasi yang benar seputar virus corona (covid-19). Sehingga tak terjadi lagi kegaduhan di masyarakat, seperti aksi borong sembako beberapa hari lalu.
“Lewat pesan yang mendidik diharapkan masyarakat bisa lebih tenang dalam menghadapi wabah covid-19,” kata Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI, Zainut Tauhid Sa’adi dalam keterangan pers, di Jakarta, Kamis (5/2/20).
Penyampaian informasi yang benar di masyarakat, lanjut Wakil Menteri Agama RI itu, juga dapat mengurangi kepanikan di masyarakat. Dengan demikian, masyarakat bisa saling membantu dalam penanganan wabah tersebut.
“Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan adalah kerjasama semua pihak untuk bisa memberi solusi, bukan saling menghakimi dan menyalahkan,” ujar Zainut.
Ditambahkan, kehadiran tokoh agama dalam penanganan covid-19 menjadi penting karena posisi mereka sebagai panutan. Setiap ucapan akan menjadi rujukan dan diikuti para pengikutnya.
“Untuk itu, tokoh agama maupun ormas keagamaan harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menghadapi kasus covid-19. Karena jika tokoh agamanya saja bingung dan resah, bagaimana dengan para pengikutnya,” ucap Zainut menegaskan.
Ia juga berharap kasus covid-19 tidak dibahas semata pada masalah benar atau salah, maupun halal atau haram. Pertimbangkan perasaan publik dan kondisi faktual yang saat ini sedang dihadapi masyarakat.
“Karena itu, penting bagi tokoh agama maupu ormas keagamaan untuk hati-hati dalam bicara. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Sehingga masyarakat dapat bimbingan dan petunjuk dalam mengatasi masalahnya,” tuturnya.
Tokoh agama, menurut Zainut, harus dapat berperan sebagai pembimbing dan pelindung umat. Sehingga mereka bisa bersikap tenang dan punya optimisme dalam menghadapi gempuran covid-19 di Tanah Air. (Tri Wahyuni)