Nizam: Peluang Indonesia jadi Negara Maju Masih Terkendala SDM

0

JAKARTA (Suara Karya): Peluang Indonesia menjadi negara maju terbuka luas, berkat bonus demografi dan Asia saat ini menjadi pusat ekonomi dunia. Namun, kondisi itu terkendala sumber daya manusia (SDM) pendidikan tinggi yang masih dibawah angka 20 persen.

“Dilihat dari kacamata SDM, Indonesia sudah tertinggal jauh dari sejumlah negara di Asia yang berhasil memanfaatkan bonus demografi-nya,” kata Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Nizam dalam Rakor Pimpinan Perguruan Tinggi Wilayah VI Jawa Tengah, di Semarang, Rabu (10/3/2021).

Karena itu, lanjut Nizam, perguruan tinggi harus bekerja 3 kali lebih keras, agar bisa memanfaatkan bonus demografi seperti dilakukan negara lainnya di Asia. Sebab, kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh majunya pendidikan tinggi.

Diakuinya, publikasi internasional memang penting, tetapi yang dibutuhkan dari perguruan tinggi kita saat ini adalah bagaimana mereka menjadi tulang punggung dalam pemulihan ekonomi di dalam negeri.

“Terutama bagaimana produk perguruan tinggi menjadi pengungkit dalam segala aspek. Maka perguruan tinggi kita bisa menjadi mata air bagi kehidupan dan kemajuan bangsa,” ujar Nizam seraya menyebut sejumlah inovasi dari perguruan tinggi yang bermanfaat bagi masyarakat selama pandemi.

Ditegaskan, perguruan tinggi Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan inovatif, kreatif, inventif dan adaptif terhadap perubahan. Hal itu menjadi syarat penting agar bisa survive dalam dinamika perubahan yang cepat di era revolusi industri ke-4.

“Kunci untuk Indonesia bisa maju sebagai negara berpenghasilan tinggi adalah inovasi. Inovasi itu sendiri sumbernya dari perguruan tinggi. Indonesia memiliki sekitar 4.600 perguruan tinggi. Hal itu akan jadi kekuatan raksasa, jika ditangani secara serius,” ucap Nizam.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengatakan, perguruan tinggi memiliki beberapa tugas utama yaitu pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat yang disebut tridarma perguruan tinggi.

Namun, lanjut Taj Yasin, perguruan tinggi hanya bertumpu pada dua tugas utama saja yaitu pendidikan dan pengajaran. Perlu dorongan bagi perguruan tinggi untuk mulai melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat.

“Apalagi jika penelitian dibuat sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat,” ucapnya.

Rakor juga dihadiri Kepala LLDikti VI Muhammad Zainuri, Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemenristek/BRIN Heri Hermasyah dan Sekretaris LLDikti VI, Lukman.

Pada kesempatan yang sama, Nizam menyerahkan pendanaan penelitian untuk perguruan tinggi negeri non badan hukum tahun 2021 yang bersumber dari Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN). Selain itu, Kemenristek/BRIN juga mengucurkan Pendanaan Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) untuk perguruan tinggi tahun 2021. (Tri Wahyuni)