Suara Karya

Paksakan Calistung di PAUD Kacaukan Kualitas Inteligensia Anak

Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Harris Iskandar. (suarakarya.co.id/istimewa)

JAKARTA (Suara Karya): Memaksakan baca, tulis dan berhitung (calistung) pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) akan mengacaukan kualitas inteligensia anak, saat duduk di bangku sekolah dasar (SD). Karena pendekatan yang digunakan di PAUD adalah pra membaca.

“Kami minta pada orangtua untuk tak merusak tatanan di PAUD. Kalau ingin bisa calistung, anaknya tak perlu masuk PAUD, tunggu waktunya langsung ke SD,” kata Dirjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Harris Iskandar dalam seminar “Kiat Sukses Mendukung Anak dalam Pendidikan” di Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Harris menegaskan, pemberian materi calistung untuk jenjang taman bermain (TB) dan taman kanak-kanak (TK) pada PAUD tidaklah tepat. Belajar calistung sebelum waktunya, berdampak negatif pada kualitas inteligensi dan tumbuh kembang anak.

“Bukannya calistung dilarang, tapi pendekatan yang digunakan di PAUD itu adalah pra literasi atau pra membaca. Ketika ada SD yang mensyaratkan siswanya bisa calistung, itu sudah salah besar. Jadi kacau semua,” ucapnya.

Dalam teori perkembangan anak, lanjut mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) di Amerika itu, metode pembelajaran bagi anak usia 6-8 tahun adalah berbasiskan permainan. Jadi, disayangkan jika ada SD yang menggelar tes masuk dengan calistung.

“Kemdikbud sudah mengirim surat edaran ke lembaga PAUD dan jenjang SD untuk tidak menerapkan calistung sebagai syarat masuk SD. Orangtua harus berani tunjukkan surat edaran itu jika masih ada SD yang mensyaratkan calistung sebagai syarat masuk,” tuturnya.

Harris menyebutkan, inteligensi pada anak ada delapan bidang. Guru harus bisa melihat anak dengan menggunakan 8 bidang tersebut, jangan fokus pada satu kecerdasan seperti pada calistung. Kemampuan bermusik, berbicara atau menari juga bagian dari kecerdasan itu,” katanya.

Menurut Harris, jika memaksa anak belajar calistung sejak dini maka potensi kecerdasan anak lainnya akan tertutupi. Memaksakan anak calistung akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak saat duduk di bangku kelas 3 dan 4 SD.

“Kepada guru TB maupun TK, kalian harus punya idealisme. Karena saat belajar di LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) kan diajarkan psikologi pendidikan. Jadi tahu dampak calistung pada anak di PAUD. Pegang itu, jangan luluh karena tekanan dari orang tua,” kata Harris menandaskan. (Tri Wahyuni)

Related posts